https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Demam Lato-Lato, Anak-Anak Adu Skill dan Fokus

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Permainan lato-lato yang saat ini sedang mewabah bagi anak-anak bahkan orang dewasa begitu menyita perhatian publik. Butuh sedikit konsentrasi agar menimbulkan bunyi khas dari dua bola plastik yang berbenturan secara konstan dari permainan tersebut. BACA JUGA : Bahaya Jika 85 dB, Dalam Waktu Satu Jam

Memasuki awal tahun baru 2023, Kampung Sayur Cempako Kelurahan 26 Ilir Kecamatan Bukit Kecil mengadakan perlombaan lato-lato untuk anak SD yang memperebutkan hadiah di beberapa kategori. Ketua Panitia, Rudi Harsam mengungkapkan, kegiatan ini merupakan bentuk peringatan tiga tahun berdirinya Kampung Sayur Cempako sebagai salah satu kampung kreatif yang ada di Palembang. Berbagai macam lomba menjadi bagian pada peringatan HUT ke-3 Kampung Sayur Cempako, seperti lomba kreasi masak dengan bahan jamur, lomba tiup bola berhadiah sembako dan lomba lato-lato untuk anak-anak.

Lomba Lato Permintaan dari Anak-anak

"Sebenarnya ada beberapa lomba yang kita adakan, salah satunya lomba lato - lato," Sampainya, kemarin (8/1). Adanya lomba ini, karena permintaan dari anak-anak yang ada di Kampung sayur Cempako.

"Maka untuk menambah semarak, dan menyenangkan anak - anak akan permainan yang sedang viral ini kita adakan lomba lato - lato," ungkapnya. Ternyata memang luar biasa antusias anak - anak yang ikut lomba lato - lato ini, sehingga pesertanya tidak hanya dari Kampung sayur Cempako dan sekitarnya tapi juga ada yang dari 24 Ilir, 16 Ilir, Radial dan gang - gang sekitar Kampung sayur.

"Sudah setingkat kecamatan yang ikut lomba lato - lato ini, maka kita batasi hanya 65 peserta," Ujarnya. Rudi juga menyampaikan, bahwa dengan adanya lomba permainan seperti ini dapat mengedukasi bagaimana memainkan lato-lato secara benar dan jangan sampai sebuah permainan yang menyenangkan menjadi sesuatu hal yang berbahaya.

Lato-lato Bukan Permainan Tradisional

Secara terpisah, Budayawan Palembang, Vebri Al Lintani, mengatakan permainan lato-lato, bukanlah permainan tradisional. Pasalnya lato-lato itu, merupakan permainan yang terdiri dari dua bola yang terbuat dari plastik yang keras. Artinya, bolanya produksi pabrik. Namanya permainan tradisional itu adalah sebuah kreatifitas dan membuatnya dari bahan yang bearasal dari alam. ”Lato-lato, hanya permainan umum,” katanya. Permainan tradisional itu, memberikan anak nilai edukasi, bekerjasama, berinteraksi serta bersosialisasi. ” Permainan tradisional juga, mengajarkan etika dan moral. Cara menghormati sesama teman dan sportifitas,” tegasnya.

Sementara sejarawan Sumsel, Dedi Irwanto Muhammad Santun, menurutnya, permainan seperti lato-lato  berasal dari permainan tradisional Indonesia. Namun penyebutan nama dan bahannya saja yang berbeda. Bentuknya tetap sama ada bandul bulat terpasang tali. Kalau dari Argentina namanya boleadoras. Yang dari Amerika Serikat menyebutnya clackers. Beberapa daerah juga berkembang permainan ini. Wilayah Makassar menyebutnya kato kato, sedangkan pulau Jawa menyebutnya etek etek. Sunda terkenal dengan sebutan nok nok. Beberapa daerah lain menyebut toki-toki. Palembang sendiri menyebutnya bandulan. Bandulan Palembang ini lebih populer di berbagai daerah uluan. “Karena membuatnya mudah, hanya dari getah karet dan  dibentuk menjadi bulat,” ungkapnya.

Namun benar, ketika plastik keras dibulatkan dan diberi tali. Terutama sejak tahun 1960-an. Permainan ini justru awalnya terkenal di Amerika Latin. Menyebar di Amerika Serikat dan Eropa tahun 1970-an. Pernah menjadi bagian dari anime Jepang. Dan masuk ke Indonesia tahun 80 dan 90-an.

“Nama bandulan Palembang yang dulunya populer, kini hilang,” bebernya. Dan penyebutannya lebih popular sebagai lato-lato. Apalagi ketika viral. Maka nama bandulan surut diganti nama lato-lato. (alf/tin/afi/sumateraekspres.id)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan