PIlkada OKUT Stagnan dan tak Dinamis, Berpotensi Lawan Kotak Kosong

Fatkurohman SSos - FOTO: KHOLID/SUMEKS-

MARTAPURA, SUMATERAEKSPRES.ID –  Hingga saat ini, pelaksanaan pilkada di OKU Timur masih adem ayem.  Sepi peminat dan terkesan monoton.  ‘’Padahal  kepemimpinan calon petahana terkesan biasa saja. 

Tak ada program spesial yang dilakukan calon petahana selama memimpin OKU Timur,’’ ujar Pengamat Politik  dari Peneliti Koordinator Wilayah Sumsel Public Trust Institute (PUTIN) Fatkurohman SSos.

Dirinya sangat menyayangkan jika Pilkada OKU Timur berpotensi kotak kosong. 

Hal ini akibat minimnya tokoh politik yang muncul dari OKU Timur untuk  menandingi pasangan petahana Ir H Lanosin dan HM Adi Nugraha Purna Yudha (Enos-Yudha). ‘’Pilkada OKU Timur bisa dikatakan stagnan dan tidak dinamis. Tak ada tokoh yang muncul menandingi petahana," katanya, kemarin.

Padahal sacara opini public, lanjutnya, kepemimpinan petahana (Enos-Yudha) tidak begitu menonjol. Terkait kinerjanya juga hanya standar dan biasa-biasa saja. Tidak ada program spesial yang dibuat petahana. ‘’Karenanya sangat  heran jika tidak ada tokoh baru yang muncul. Ini karena tidak berani, atau minim tokoh," paparnya.

BACA JUGA:Hj Ratna Dapat Rekom, Hj Suwarti Pastikan Tetap Melaju di Pilkada Musi Rawas

BACA JUGA:LSPI Aktif Awasi Potensi Pelanggaran dalam Pilkada Lahat, Masyarakat Diminta Lapor Jika Ada Temuan

Melihat kondisi ini,  OKU Timur menjadi salah satu daerah yang potensial kotak kosong atau tanpa lawan.  Namun jika ada lawan dan penantang, maka dipastikan Pilkada OKU Timur akan menjadi seru dan menarik. ‘’Apabila jika penantangnya ada kolerasi strategis dengan Pilgub Sumsel, maka akan sangat menarik," ungkapnya.

Fatkurohman menjelaskan, minimnya kemunculan tokoh untuk melawan petahana bisa disebabkan beberapa faktor. ‘’Pertama, mungkin tokoh politik (anggota DPRD-red) terpilih Pemilu 2024, tidak mau berspekulasi yang tidak pasti. Kedua, keterbatasan sumber daya politik. Sebab kontestasi Pilkada membutuhkan sumber daya tidak sedikit, terutama soal cost politik," ujarnya. 

Selain itu, juga bisa disebabkan maksimalnya parpol melakukan kader kepemimpinan. ‘’Seharusnya, setiap parpol mempunyai visi misi untuk mempersiapkan tokoh terbaik. Siap berkompetisi pada semua level, baik Pileg, Pilkada maupun Pilgub," pungkasnya.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan