Strategi Menuju Swasembada Ternak di Sumsel, Ini Kata Dr.drh Jafrizal!

Dr drh Jafrizal beri keteta.gan gerkait Strategi Menuju Swasembada Ternak di Sumsel. Foto: sumateraekspres.id--

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Kebutuhan hewan ternak sapi dan kambing baik untuk konsumsi harian maupun untuk kurban/akikah di Sumsel masih disuplai dari luar daerah. 

Dr drh Jafrizal. MM., merupakan dokter hewan ahli madya provinsi Sumsel, pagi ini (25/6/2014) menjelaskan di tahun 2023 jumlah sapi dan kambing yang masuk ke Sumsel berdasarkan  rekomendasi masuk yang dikeluarkan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumsel sebanyak 17081 ekor sapi dan 11746 ekor kambing.

Jumlah ini jauh lebih sedikit dari jumlah sebenarnya karena masih banyak yang masuk tanpa surat rekomendasi. 

"Dihitung dari biaya, untuk membeli 17.081 ekor sapi diperkirakan  Rp.  256 milyar  dan Rp. 23.5 milyar untuk 11.756 ekor kambing, maka dana yang dikeluar  pembelian sapi dan kambing sebesar 279.5 milyar. Bila ternak bisa disediakan oleh peternak lokal di wilayah Sumsel maka dana sebesar Rp. 279.5 milyar  akan sangat membantu untuk meningkatkan kesejahteraan  ekonomi dan perkembangan peternakan lokal," jelas Jafrizal.

BACA JUGA:Bye-bye Rumah Kusam, Begini Cara Mudah Mengatasi Dinding Lembap dan Mengelupas, Dijamin Gak Boncos!

BACA JUGA:Siapa Sangka, Labu Kuning Ternyata Punya Segudang Manfaat Kesehatan yang Jarang Diketahui, Yuk Cek!

Mengapa perkembangan pembiakan ternak  lamban? 

Salah satu alasannya adalah keuntungan yang diterima oleh peternak rendah karena pola pemeliharaan ternak  dengan pola instensif (pengandangan) yang mengakibatkan biaya produksi terutama pakan menjadi tinggi.

Juga pemeliharaan dengan pola instensi membatasi kemampuan jumlah populasi ternak yang mampu dipelihara; belum tersedianya  fasilitas lahan pengembalaan umum yang dapat menampung dan menjamin keberlangsungan peternakan; belum ada kesatuan program pengembangan peternakan melibatkan lintas sektoral  dalam bentuk program terintegrasi. 

Memberikan saran dan solusi, menurut Jafrizal, Belajar  dari sistem pengelolaan peternakan 10 negara yang memiliki populasi ternak tertinggi di dunia India, Brasil, China, Eropa, AS, Australia dan lain lain.

Ada hal menarik dimana sistem pemeliharaan ternak sapi dilakukan dengan rotational grazing adalah penggembalaan ternak yang intensif dimana ternak merumput pada padang  pengembalaan secara bergiliran dari  paddock  yang satu ke paddock yang lain.

Kemudian kembali ke padang rumput/paddock semula setelah kondisi tanaman kembali siap di senggut.

Ini sambung Jafrizal, salah satu metode penggembalaan yang efektif. Metode penhembalaan ini dapat menurunkan biaya produksi termasuk  pakan yang mencapai 3-4 juta dalam 1 tahun yang dapat menjadi keuntungan dari peternak. 

BACA JUGA:Catat, Ini Jadwal Kedatangan Jemaah Haji di 6 Bandara Besar Indonesia!

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan