Tauhid dan Kepedulian untuk Meneladani Kepemimpinan Nabi Ibrahim AS

Dr Muhammad Isnaini MPd, Dosen UIN Raden Fatah Palembang-FOTO: IST-

SUMATERAEKSPRES.ID - Idul Adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, karena pada hari ini kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama di Arafah dan melontar jumrah Aqabah.  Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai-nilai Islam. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Idul Adha juga dinamakan “Idul Qurban”, karena merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkurban. Qurban itu sendiri artinya dekat,  karena itu sesorang yang berqurban berarti ia mendekatkan diri kepada Allah SWT.  

Peristiwa berkurban, mengingatkan kita pada beberapa peristiwa yang terjadi dimasa Nabi Allah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan isterinya Siti Hajar. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun.

Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara, kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri Palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal. 

BACA JUGA:800 Sapi dan 1200 Kambing Siap Disembelih di Lubuklinggau untuk Idul Adha 2024

BACA JUGA:Ayo Meriahkan Malam Idul Adha: Ada Takbir Keliling di Empat Lawang Malam Ini, Catat Rutenya!

Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air, kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat Jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan dari air Zamzam itu. Dengan air zamzam, lembah yang dulunya gersang, kini makmur dengan persediaan air yang melimpah-limpah. Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat Siti Hajar dan Nabi Ismail, untuk membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota Mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim AS yang dituliskan dalam Al Qur’an Suroh Al Baqarah ayat 126 : 

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,” Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS Al-Baqarah: 126)

Dari ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa  kota Makkah hingga saat ini memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh fasilitas yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun umrah, yang semua itu menjadi dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua kemakmuran tidak hanya dinikmati oleh orang Islam saja. Orang-orang yang tidak beragama Islam pun ikut menikmatinya. 

Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabi Allah Ibrahim as. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Nabi Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah dan gelar kehormatan  yaitu “Khalilullah” (kekasih Allah).

BACA JUGA:Pemkab Empat Lawang Gelar Shalat Idul Adha Berjamaah di Lapangan Kantor Bupati, Begini Persiapannya!

BACA JUGA:PLTU Banjarsari Menyumbangkan Hewan Kurban kepada Masyarakat Lahat dalam Rangka Idul Adha 1445 H

Setelah titel khalilullah disandang Ibrahim, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!” 

Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya tidak pernah membuat Nabi Ibrahim lalai dalam melaksanakan ibadah dan ketaatannya kepada Allah. Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa, konon Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan