Banyak Petani Beli Kebun Baru, Berkah Mahalnya Harga Kopi

--

Petani kopi di Semendo Muara Enim, Raden lebih memilih merawat kebun kopi dibanding membeli berbagai macam barang. "Harga saat ini tinggi bukan harga yang normal, ketika stabil bisa saja harga kopi turun lagi," ujarnya. Meskipun sangat membantu, penghasilan kopi juga tetap harus dinvestasikan ke kebun kopi yakni perawatan seperti pemberian pupuk, perawatan dari hama, dan lain lain. 

"Kalau kualitas kopinya bagus, harganya akan tetap bagus. Perawatan tadi fungsinya supaya produksi buahnya banyak," tuturnya. Dirinya berharap pemerintah pun bisa menjamin harga kopi saat ini menjadi harga yang stabil. "Kami juga akan berusaha menjaga kualitas kopi Semendo," pungkasnya.

Ketua Kelompok Petani Kopi Desa Bumi Agung, Kecamatan Dempo Utara, Zulkifli mengakui kenaikan harga kopi telah berlangsung sejak tiga hari terakhir. Menurutnya setiap kopi memiliki harga jual berbeda-beda, tergantung kualitas kopi. Tetapi saat ini, kopi dengan kadar air antara 12-15 persen di Pagaralam dihargai Rp70 ribu per kg. "Sekarang kalau yang bagus (kopi) di Pagaralam Rp70 ribu per kg, tapi harga basis di Lampung itu sampai Rp79 ribu per kg," ujarnya. 

Sementara kopi dengan kadar air 20 persen atau lebih, berada di kisaran Rp65 ribu-Rp66 ribu per kg. Kenaikan harga yang cukup tinggi, kata Zulkifli, membuat masyarakat antusias menjual hasil produksinya. Bahkan di salah satu tauke (pengepul) terpantau masyarakat mengantre hingga sore hari. "Karena tauke itu sudah terkenal dan harga belinya tinggi, masyarakat berbondong-bondong menjual kopinya," imbuhnya.

BACA JUGA:Petani Kopi Diserang Tetangga Berkebun, Luka 3 Tusukan di Punggung, Kades Sebut Pelaku agak Kurang

BACA JUGA:Tragis Terbunuhnya Bos Kopi Selangit, Pencuri Baru Dapat Rp100 Ribu, Incar Motor untuk Judi Slot dan Sabu

Dia berasumsi, kenaikan harga kopi yang cukup tinggi ini disebabkan merosotnya produksi sejumlah negara kompetitor seperti Brasil dan Vietnam. Sehingga pasokan kopi di seluruh dunia terkontraksi dan berimbas ke harga yang melonjak. "Kalau kita lihat dari media sosial di daerah Brasil itu lagi kering semua batang kopi termasuk Vietnam karena cuaca ekstrem," jelasnya.

Terkait produktivitas kopi di Pagaralam sendiri relatif stabil, tergantung perawatan petani. "Kalau kebun dirawat saya lihat kopinya lebat. Tapi kalau dibiarkan saja ya buahnya kurang," pungkasnya.

Kepala Dinas Perkebunan Lahat, Vivi Anggraeni melalui Kabid Pengolahan Pemasaran Hasil Perkebunan, Martin Lusepa STP MM menjelaskan harga kopi di beberapa wilayah penghasil kopi beragam. Ada yang Rp65 ribu sampai Rp70 ribu per kg. Selain oleh wilayah, kualitas biji kopi juga memengaruhi. "Biji kopi kering dan masak tentu harganya lebih tinggi dibanding yang basah. Apalagi ada banyak yang belum masak, tapi memang harga kopi sekarang masih tinggi," pungkasnya. (zul/gti/way/eno/yun/)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan