Misteri Hilangnya Sumur Zamzam Selama Berabad-abad, Sosok Inilah yang Kembali Menemukannya
Sumur Air Zamzam. -Foto: Wikimedia-
SUMATERAEKSPRES.ID - Air Zamzam merupakan warisan tak ternilai bagi umat islam dan selalu memenuhi kebutuhan air bagi jemaah yang menjalankan ibadah haji ataupun umrah.
Beruntung, saat ini umat islam masih bisa menikmati air zam zam peninggalan nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar, karena atas kesabaran dan ketabahan keduanya menjalani cobaan, Allah Swt menganugerahkan air Zam-zam ditengah padang pasir tandus melalui hentakan kaki nabi Ismail yang saat itu masih bayi.
Namun taukah kalian jika air zam zam yang ada saat ini bisa dinikmati para jemaah haji atau umrah, pernah hilang tanpa jejak selama berabad abad karena ditimbun oleh kabilah Jurhum yang menguasai kota Makkah dimasa lalu.
Setelah Kabilah Jurhum menguasai Kota Makkah dan melakukan kezaliman, sekutu Kabilah Kinanah dan Khuza’ah menyerang dan mengusir mereka dari tanah kelahiran Nabi Muhammad itu.
BACA JUGA:Keistimewaan Air Zamzam yang Jadi Keajaiban dan Keberkahan
Namun, Sebelum meninggalkan kota Mekkah, Kabilah Jurhum menimbun sumur Zamzam agar hilang tanpa jejak dan tidak diketahui oleh siapa pun.
Ialah, Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad dari pihak ayah, memainkan peran penting dalam penemuan kembali Sumur Zamzam. Ayo kita simak kisahnya dengan lebih mendalam.
Asal Usul dan Nama Abdul Muthalib:
Abdul Muthalib lahir dengan nama asli Syaibah bin Hasyim. Nama “Syaibah” berarti uban, karena saat baru lahir, dia memiliki rambut putih di kepalanya.
Ayahnya, Hasyim bin Abdu Manaf, adalah pemimpin suku Quraisy di Mekkah yang sangat dihormati. Setelah meninggalnya Hasyim, Syaibah dibesarkan oleh ibu dan keluarganya di Madinah.
Ketika Syaibah berusia sekitar delapan tahun, sang paman, Muthalib, datang ke Madinah dan meminta izin untuk mengasuhnya. Akhirnya, Syaibah dibawa ke Mekkah oleh Muthalib.
BACA JUGA:Royyan Jadid si Air Minum Kemasan Produksi Unsri, Kualitas pH Mendekati Air Zamzam
Di Mekkah, orang-orang mengira bahwa Syaibah adalah pelayan atau budak Muthalib, sehingga memanggilnya Abdul Muthalib (pelayan Muthalib).
Setelah Muthalib wafat, Abdul Muthalib menggantikan posisinya di Mekkah. Dia memiliki kedudukan lebih mulia dibanding para pendahulunya dan sangat dihormati oleh orang-orang Quraisy.