Konversi ke BBG, Hemat Rp30 Juta per Tahun
JAKARTA – Subholding Gas Pertamina, PT PGN Tbk meningkatkan pemanfaatan bahan bakar gas (BBG) sebagai energi alternatif untuk transportasi, yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan pada masa transisi energi. Direktur Utama PT Gagas Energi Indonesia Muhammad Hardiansyah menuturkan, PGN memberikan alternatif gas bumi untuk transportasi sebagai pelengkap energi yang sudah ada.
“BBM akan tetap ada, ke depannya juga ada EV. Di sisi lain, transisi energi BBM menuju energi baru terbarukan membutuhkan waktu, di situlah peran Subholding Gas untuk mengisi transisi tersebut,” ujarnya dalam talkshow ‘Ekosistem BBG Transportasi di Indonesia’ di sela Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 di Jakarta.
Sebagai afiliasi Subholding Gas Pertamina, menurut dia, Gagas telah mengimplementasikan konversi BBG ke kendaraan logistik, kendaraan roda empat (taksi), kendaraan roda tiga (bajaj), light vehicle atau kendaraan penumpang, dan sepeda motor. Ketersediaan BBG yang melimpah di dalam negeri dapat memberikan penghematan biaya bahan bakar hingga 30 persen. BACA JUGA : Harga BBM Jadi Penyebab Naiknya Angka Kemiskinan di Sumsel
Harga BBG, lanjutnya, ditetapkan pemerintah melalui Kementerian ESDM yaitu Rp 4.500 per liter setara Premium (LSP). “Jadi di manapun pengisiannya, harganya tetap sama. Saat ini, ada 50 titik pengisian BBG dan akan bertambah, karena kami sedang mengupayakan untuk mengaktiviasi 34 SPBG,” paparnya dalam keterangan.
Saat ini, salah satu inisiatif yang dilakukan adalah proyek percontohan konversi BBG untuk sepeda motor. “Roadmap-nya sedang kami jalankan. Motor tetap bisa menggunakan BBM, karena sistemnya dual fuel,” ujarnya. Hardiansyah juga menjelaskan hampir semua kendaraan dapat dikonversikan ke BBG dengan menerapkan sistem diesel dual fuel (DDF) atau bahan bakar ganda yakni BBM dan gas. Gas bumi untuk sepeda motor ditampung dalam dua tabung dengan total kapasitas 2,5 LSP dan mampu menempuh jarak hingga 100 km.
Tabung gas untuk sepeda motor berbahan baja yang kuat dan tahan lama. Masa pakai tabung bisa sampai 20 tahun dan telah berstandar internasional ISO 11439, sehingga aman digunakan. Hardiansyah melanjutkan sama halnya dengan konversi gas pada kendaraan logistik dan sepeda motor, konversi BBG untuk kendaraan penumpang roda empat juga memberikan efisiensi.
BACA JUGA : Silaturahmi, Sumatera Ekspres dan PLN Siap Jalin Kerja Sama
Pada kendaraan ini, efisiensi yang didapatkan 55 persen atau setara Rp30 juta per tahun. Per unit kendaraan, volume pemakaian gas sebesar 15 liter per hari. “Konversi BBG yang sudah dilakukan yaitu pada kendaraan logistik pengangkut BBM milik Pertamina dengan sistem dual fuel. Efisiensi biaya yang didapatkan 54 persen dan pengurangan emisi 20 persen. Pemasangan konverter bisa dilakukan di SPBG atau MRU,” jelasnya.
Dari sisi komposisi, gas bumi adalah metana yang beroktan tinggi dan rendah emisi, menjadikan emisi BBG sebagai bahan bakar yang rendah emisi hingga 20 persen dan membuat tarikan mesin lebih mantap dan tenaga kendaraan menjadi lebih besar. “Kita punya potensi cadangan gas bumi yang banyak. Namun, belum diutilisasi maksimal untuk transportasi. Saatnya Holding Migas Pertamina melalui Subholding Gas Pertamina bisa memberikan kontribusi complementary dengan alternatif lain yaitu gas bumi untuk transportasi,” sebut Hardiansyah. (fad)