Perspektif Teori Konstitusi Nusantara; Sumsel Bumi Melayu, Melaju Untuk Maju
Dr Hendra Sudrajat SH MH, Wakil Rektor I Universitas Kader Bangsa-ist-
Saatnya Sumsel sebagai provinsi yang memiliki jejak emas kerajaan Sriwijaya memilki fakultas arkeologi untuk pengembangan pengetahuan dan kegiatan riset, memiliki pusat kajian kontitusi nusnatara yang mengkaji dan menggali kitab hukum simbur cahaya dan terobosan di bidang pendidikan lainnya.
Saatnya di hari jadi Provinsi Sumsel, seluruh elemen dan komponen memperkuat kembali jati dirinya sebagai masyarakat Sumatera Selatan yang memiliki peradaban yang tinggi.
Di bumi melayu Sumsel terdapat berbagai bukti sejarah mulai dari zaman kerajaan Sriwijaya yakni prasasti kedukan bukit, prasasti talang tuwo, dan prasasti telaga batu, yang jika dikaji secara mendalam memiliki makna ketatanegaraan selain makna kesejarahan.
Dalam kajian teori konstitusi nusantara yang penulis temukan, hasil riset penulis tentang prasasti talang tuwo, mengandung makna kepemimpinan negara yang sangat berarti dalam penguatan ekonomi negara.
Ketika Raja Sriwijaya membangun taman sriksetra dengan menanam berbagai macam tanaman seperti sagu, pinang, aren, kelapa dan lainnya. Narasi pesan yang dikirimkan kepada generasi sekarang bahwa untuk kekuatan suatu negara harus kuat fondasi ekonominya. Raja Sriwijaya memahami bahwa dengan adanya taman sriksetra memberikan jaminan dan perlindungan dalam bentuk ketahanan dan kedaulatan pangan.
Berarti kedaulatan pangan sesungguhnya lahir dari Kerajaan Sriwijaya. Ketersediaaan pangan yang disiapkan oleh Raja Sriwijaya untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Karena bilamana rakyat kelaparan maka akan terjadi pemberontakan bagi kerajaan.
Demikian juga kerajaan sriwijaya membutuhkan tentara yang kuat untuk berperang, sehingga cadangan logistik harus dipenuhi dengan membangun taman Sriksetra.
Dalam mewujudkan Sumsel yang mandiri, maju dan sejahtera, hendaknya seluruh elemen menghayati kembali cita-cita kesejahteraan kerajaan Sriwijaya yang berbunyi “marvuat vanua Criwijaya siddhatra subhiksa artinya suatu cita-cita negara yang adil dan makmur” (Hamid Darmadi, 2010, 197), hal ini sejalan dengan tujuan negara Indonesia dalam konstitusi yang menyebutkan memajukan kesejahteraan umum.
Sehingga Sumsel yang berada di Bumi Melayu, mesti melaju untuk maju dengan meningatkan produktifitas dan kreatifitas masyarakat menuju penguatan ekonomi rakyat. Pemerataan ekonomi dengan mengembangkan pengwilayahan ekonomi kawasan dengan setiap 17 kabupaten/kota dengan pengembangan komoditi unggulan.
Sehingga muncul karakteriktik daerah masing-masing dengan menampilkan produk unggulan lokal. Dengan adanya produk unggulan lokal dapat mendorong peningkatan kunjungan pariwisata denga destinasi yang humanis dan ramah. Tetapi catatan tersendiri di sektor pariwisata Sumsel mengalami kemunduran dalam aspek transportasi udara.
Dimana Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II berubah status dari bandara internasional menjadi bandara domestik.Padahal dalam kesejarahan Sumsel dengan kejayaan Kerajaan Sriwijaya di masa lalu memliki jalur transportasi laut yang bertaraf internasional yang menghubungkan ke berbagai mancanegara.
Bahkan armada laut Sriwijaya begitu kuat dalam menjamin keamana jalur-jalur laut menuju ke pusat perdagangan Sriwijaya. Hal ini perlu diperhatikan pengambil kebijakan dalam memulihkan kembali status bandara sultan Mahmud badaruddin II menjadi bandara internasional kembali, karena selain medukung pariwisata, dan perkembangan ekonomi juga mendukung Palembang sebagai ibukota provinsi sebagai pusat peradaban dan budaya di Indonesia.
Sektor pendidikan, ekonomi, dan pariwisata sangat penting untuk skala prioritas dalam pembangunan Sumsel di masa mendatang. Meskipun masih terdapat bidang lain yang perlu di kembangkan, tetapi bilamana sektor pendidikan, ekonomi, dan pariwisata dikembangkan akan mengikuti pada aspek dan bidang lainnnya. Dirgahayu Provinsi Sumsel ke-78 Tahun 2024. (*)