Sri Mulyani Klaim Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Gejolak Global
Ilustrasi artikel Sri Mulyani Klaim Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Gejolak Global-Foto: IST-
Di sisi lain, pertumbuhan investasi tercatat sebesar 3,8 persen (yoy), dengan investasi sektor swasta tumbuh sebesar 22,1 persen (yoy) dengan distribusi yang seimbang antara Jawa dan luar Jawa.
Meski terjadi tren perlambatan ekonomi global yang mempengaruhi ekspor dan impor Indonesia, sektor-sektor unggulan seperti manufaktur dan perdagangan tetap tumbuh positif.
Namun, sektor pertanian mencatatkan kontraksi sebesar 3,5 persen (yoy) karena dipengaruhi oleh faktor musiman.
Peningkatan mobilitas masyarakat juga mendukung pertumbuhan sektor pariwisata, khususnya sektor transportasi dan akomodasi yang tumbuh masing-masing sebesar 8,7 persen dan 9,4 persen (yoy).
Secara spasial, pertumbuhan positif juga terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Pulau Jawa, sebagai kontributor utama perekonomian, tumbuh sebesar 4,8 persen (yoy).
Sementara itu, pengembangan industri hilirisasi sumber daya alam menjadi faktor utama bagi pertumbuhan di Sulawesi dan Maluku-Papua yang tumbuh masing-masing sebesar 6,4 persen dan 12,2 persen (yoy), diikuti oleh pertumbuhan di Kalimantan sebesar 6,2 persen (yoy).
Pertumbuhan ekonomi yang solid juga berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja nasional dan penurunan tingkat pengangguran terbuka serta pekerja informal. Hal ini menandakan peningkatan kualitas tenaga kerja secara nasional.
Namun, ada beberapa risiko global yang masih menjadi tantangan, termasuk kebijakan the Fed yang belum pasti, eskalasi tensi geopolitik, dan disrupsi rantai pasok global yang belum pulih sepenuhnya.
Untuk mengantisipasi dinamika ini, sinergi dan koordinasi dengan otoritas lainnya, terutama otoritas moneter dan sektor keuangan, akan diperkuat untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Dalam konteks ini, pemerintah akan terus memonitor dan mengevaluasi potensi dampak dari dinamika global terhadap perekonomian domestik serta kondisi fiskal.
APBN akan terus dioptimalkan sebagai alat penyerap kejutan untuk menjaga daya beli masyarakat dan momentum pertumbuhan ekonomi.