Integrasi Antar Moda Wujudkan GNKAU, Ongkos Feeder LRT Gratis, Perbanyak Rute Pinggiran

NAIK FEEDER LRT : Siswa sekolah turun dari angkutan feeder LRT Musi Mas. Total saat ini ada 51 unit feeder yang beroperasi secara gratis di Kota Palembang mendukung keberadaan LRT Sumsel.-foto : evan/sumeks-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Dua angkutan pengumpan (feeder) LRT Musi Mas mangkal di samping Stasiun LRT RSUD Provinsi Sumsel, kemarin. Satu persatu penumpang datang naik angkot gratis yang disediakan Kementerian Perhubungan RI untuk masyarakat Kota Palembang itu. Sopir-sopir mobil dengan sabar bergiliran menunggu sejak jam 5 subuh.

Empat penumpang lagi, angkot feeder LRT yang disopiri Zainal Fikri terisi penuh dari 9 kapasitas tempat duduk. Sariyem (45) memilih duduk paling pinggir dekat kaca belakang sambil menggamit barang belanjaan. Hari itu ia mau pulang ke rumahnya di Jl Sukawinatan. “Baru dari belanja sembako di Pasar 16 Ilir. Tadi naik LRT lewat Stasiun Ampera, lalu setop di Stasiun RSUD,” ungkapnya saat ditemui. 

Sariyem mengaku memilih feeder LRT karena hanya angkot ini melintasi Jl Sukawinatan. Selain itu naik feeder LRT gratis sejak 2 tahun terakhir. “Cuma bayar ongkos LRT saja Rp5 ribu, pulang pergi Rp10 ribu,” terang Sariyem. Jauh lebih murah dibanding naik ojek pangkalan/ojek online yang tarifnya Rp20 ribu sekali jalan. 

Diakuinya, kehadiran angkot feeder membantu sekali mobilitasnya ke berbagai lokasi sampai pinggiran kota. “Angkutannya aman, nyaman, ramah, dan ber-AC. Lebih baik dari angkot/bus kota tua berbayar yang tersedia sebelumnya,” lanjutnya. Apalagi feeder LRT Musi Mas terkoneksi langsung moda transportasi utama Kota Palembang, LRT Sumsel. 

BACA JUGA:Integrasi Moda Tekan Kemacetan dan Polusi, LRT-Feeder Musi Mas Wujudkan GNKAU

BACA JUGA:Tambah Koridor Feeder LRT, Minta Sharing Anggaran dengan Kemenhub-Pemprov

Total saat ini ada 51 unit New Oplet Musi Emas beroperasi di 7 koridor (rute). Lima koridor di antaranya dibiayai langsung Kemenhub RI melalui Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan (BPKARSS), yaitu koridor 3 rute Stasiun Asrama Haji-Talang Betutu, 4 Stasiun LRT Polresta-Perumahan OPI, 5 Stasiun DJKA-Terminal Pasar Plaju, 6 Stasiun RSUD-Sukawinatan, dan 7 Stadion Kamboja-Bukit Siguntang via Stasiun Demang.   

Dua lagi dihandel Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, meliputi koridor 1 Talang Kelapa-Talang Buruk via Stasiun Asrama Haji dan koridor 2 Stasiun Asrama Haji-Sematang Borang melalui Jl Noerdin Pandji. Keuntungan sama diungkap Junita (30), warga Jl Tapak Siring, Lorong Serdang RT 24, Talang Betutu. 

Ia sering memanfaatkan angkot New Oplet Musi Emas dan LRT saat bepergian ke rumah keluarga, pasar, mall, Stasiun KA Kertapati. Sebab feeder LRT beroperasi sampai Talang Betutu sejak 2022. “Tidak susah menjangkaunya karena Musi Emas sampai ke sini (rumahnya, red), padahal Talang Betutu itu sangat jauh. Ongkosnya juga gratis,” bebernya. 

Dia sendiri biasa setop di halte Stasiun Asrama Haji, lalu nyambung naik LRT. “Tinggal dari LRT mau kemana, ke Pasar 16 Ilir berhenti di Stasiun Ampera atau Palembang Icon Mall berhenti di Stasiun Bumi Sriwijaya, ke Bandara SMB II Palembang berhenti di Stasiun Bandara. Karcisnya murah Rp5 ribu, jadi pulang pergi habis Rp10 ribu,” sebutnya.

Diakuinya, integrasi antara moda LRT-angkot feeder Musi Mas yang dibangun Kemenhub RI sangat praktis, nyaman, aman, cepat, dan hemat bepergian kemana pun. Dibanding naik kendaraan pribadi ke 16 Ilir, sekitar 19 km dari sini. Jika kebetulan jalanan lancar 49 menit sampai, pas lagi macet satu jam lebih. Naik LRT dan angkot feeder lebih ringkas, waktunya pasti, dan bebas macet. 

BACA JUGA:Feeder Gratis Jalan Lagi Paling Lambat 9 Januari

BACA JUGA:Feeder Setop Operasi Lagi Awal 2024, Tunggu Perpanjangan Kontrak dari Pemkot Palembang

Junita dapat menghemat biaya angkutan. Hitung-hitungannya mengendarai motor sekali jalan habis Rp20 ribu untuk beli bensin, sementara ongkos ojek online Rp40 ribu atau taksi online Rp80 ribu. Anggaplah jika sebulan 4 kali bepergian naik motor sendiri habis Rp160 ribu untuk BBM saja, berarti selama 2 tahun Junita menghemat Rp3,84 juta. “Angkutan kota seperti ini yang kami harapkan sejak lama,” terangnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan