Diserang UGF, Lakukan Pengendalian
MONITORING: Hasrilman SP, petugas PPEP POPT saat melakukan monitoring tanaman jagung yang ada di Desa Rous Kecamatan Buay Rawan, OKU Selatan. FOTO: IST--
MUARADUA, SUMATERAEKSPRES.ID - Saat ini petani di Desa Rous Kecamatan Buay Rawan, OKU Selatan sedang melakukan penanaman tanaman jagung. Usia tanamannya sekitar 47 hari setelah tanam (hst).
Tanaman jagung petani tumbuh subur, sayangnya tanaman ini kini diserang Fall Army Worm (FAW). FAW adalah sebutan bagi hama ulat grayak Spodoptera frugiperda atau yang biasa kita kenal juga dengan UGF.
BACA JUGA:Penggerek Tongkol Serang Tanaman Jagung
BACA JUGA:Garap Dua Hektare Lahan Tanam Jagung
Hama ini memiliki banyak inang (lebih dari 80 tanaman) dan tidak memiliki sifat diapause atau kemampuan untuk melakukan dormansi pada kondisi yang ekstrem.
''Kita sudah melakukan pengamanan organisme pengganggu tanaman (OPT) di desa tersebut,'' ujar Hasrilman SP, petugas PPEP POPT. Luas hamparan lahan jagung sekitar 2 hektare dengan varietas yang ditanam Pioneer 32.
''Hasil monitoring yang kita lakukan pada tanaman jagung tersebut ditemukan Ulat Grayak Frugiperda (UGF) dengan luas serangan 0,5 ha dengan intensitas serangan 4,1 persen,'' jelasnya. M
usuh alami yang ditemukan adalah laba-laba. Serangan FAW atau UGF ini mudah dikenali dengan adanya bekas kotoran feses dari larva, daun yang berlubang, hilangnya lapisan epidermis daun dan adanya sisa-sisa gerekan seperti serbuk gergaji baik pada batang maupun tongkol buah.
''Apabila larva sampai menyerang titik tumbuh dapat menyebabkan tanaman mati,'' katanya. Dikatakannya, pengendalian dilakukan secara mekanis dengan mengumpulkan dan memusnahkan kelompok telur dan larva UGF yang ditemukan.
BACA JUGA:Bantu Bibit Gratis untuk Petani, Padi dan Jagung Masing-Masing Dijatah 2 Juta Hektare
BACA JUGA:Mengoptimalkan Lahan Kosong: Imi Dia Panduan Praktis Menanam Jagung untuk Pemula, Gampang Kok!
Lalu, dilakukan pemasangan perangkap cahaya (light trap) untuk mendeteksi keberadaan ngengat. ''Kita juga bisa melakukan pengendalian dengan menggunakan APH Beauveria bassiana atau insektisida nabati dari ekstrak daun nimba,'' ujarnya.
Jika luas dan intensitas serangan meningkat melewati ambang ekonomi, lanjutnya, bisa dilakukan dengan insektisida berbahan aktif Emamektin benzoat. ''Lakukan juga pemupukan berimbang, sanitasi gulma dan monitoring lanjutan untuk memantau perkembangan OPT,'' pungkasnya. (sms/)