https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Terungkap! Ini Penyebab Kematian Misterius Kerbau di OKI

Salah satu kerbau yang mati akibat terserang virus Septicaemia Epizootica (SE) di Desa Riding Kecamatan Pangkalan Lampam, OKI.-Foto: Khairunnisa/Sumateraekspres.id-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Menanggapi kasus kematian puluhan ekor kerbau di Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam dan Desa Tanjung Batu, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), ketua perhimpunan dokter hewan Indonesia cabang Sumatera Selatan, Dr. Drh. Jafrizal, MM., angkat bicara. 

Jafrizal mengemukakan dari bahasa latinnya Septicaemia Epizootica atau penyakit ngorok adalah suatu penyakit menular yang disebabkan bakteri Pasturella multocida Serotype 6B yang menyerang ternak seperti kerbau, sapi, babi, kambing, biri-biri, rusa dan kuda di Indonesia. "Juga penyakit ini termasuk di provinsi Sumatera Selatan," ujarnya.

Menurut Jafrizal, penyakit tersebut tidak atau bukan virus, tapi bakteri, akan tetapi sangat menular.

Penyakit ini memang endemik di Indonesia termasuk di Sumsel. Secara normal bakteri Pasteurella multocida merupakan penghuni normal pada saluran pernafasan bagian atas dan bila terjadi gangguan keseimbangan fisiologis hewan ternak, agens penyakit dan lingkungan maka bakteri akan menjadi ganas sehingga menimbulkan penyakit Septicaemia Epizootica. 

BACA JUGA:19 Ekor Kerbau Mati Terserang Virus SE, Akibat Kerbau Belum Di Vaksin

BACA JUGA:Virus Ini Bikin Puluhan Kerbau Mati Mendadak di Muratara

Penyakit ini, sambungnya banyak terjadi pada waktu musim hujan. Gejala klinis hewan yang terinfeksi seperti demam yang tinggi, lesu, hipersalivasi, batuk dan suara mendengkur yang kadang sering sulit dibedakan dengan penyakit lain.

"Tanda-tanda yang khas adalah adanya oedema dibawah jaringan kulit pada daerah pharynx, leher, dada bagian bawah sampai diantara kedua kaki depan," jelasnya.

Pencegahan, pengedalian dan pemberantasan penyakit septicaemia Epizootica dijalankan berdasarkan tindakan pengawasan lalu lintas, biosekurity dan immunisatorik dengan vaksinasi.

Vaksinasi menjadi langkah yang antisipatif yang paling efektif akan tetapi disetiap daerah masih menghadapi berbagai kendala dalam pelaksanaannya.  

BACA JUGA:Virus Flu Burung Sudah Sampai Kutub Utara, Begini Nasib Beruang Kutub yang Terpapar

BACA JUGA:Waspada Virus Mematikan! Pemda Muratara Perketat Jalur Distribusi Hewan Ternak Jelang Hari Raya Kurban

Pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan streptomisin sebanyak 10 mg secara IM atau kioromisitin, terramisin dan aureumisin sebanyak 4 mg tiap kg berat badan secara IM.

Preparat sulfa seperti sulfametasin 1 gram tiap 7,5 kg berat badan dapat membantu penyembuhan penyakit. Ingat untuk penggunaan obat terapeutik harus dilakukan atau dibawah pengawasan dokter hewan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan