Target Sumsel MAPAN 2045, Pelopor Pembangunan Hijau

MUSRENBANG RPJPD: Pj Gubernur Sumsel Dr Drs Agus Fatoni menandatangani berita acara Musrenbang RPJPD Provinsi Sumsel 2025-2045 di Ballroom Hotel Aryaduta, kemarin (2/4).- Foto: evan/sumeks -

Untuk kepemimpinan, indeks daya saing daerah ditarget 5,0. Sementara peningkatan daya saing SDM Sumsel 2024, indeks modal manusia 0,69. Terakhir, untuk penurunan intensitas emisi gas rumah kaca (GRK)  97,29  persen.

Sumsel saat ini menghadapi tantangan perubahan iklim. Kondisi ini tentu saja harus diantisipasi lantaran juga dapat berdampak pada perekonomian jika tidak teratasi secara optimal terutama soal ketahanan pangan. 

Kepala Bappeda Sumsel Regina Ariyanti ST menyebut salah satu isu strategis dalam penyusunan RPJPD Sumsel 2025-2045 terkait ketahanan pangan. “Tantangan kita ke depan adalah perubahan iklim yang dapat berefek pada pangan. Secara global ini sudah jadi isu. Untuk itu bagaimana Sumsel bisa beradaptasi dengan perubahan iklim yang ada,” ujarnya usai Musrenbang RPJPD Provinsi Sumsel.

BACA JUGA:Sikapi Vonis Bebas 5 Terdakwa Akuisisi Saham Anak Perusahaan PTBA, Kejati Sumsel Bakal Kasasi

BACA JUGA:Perbanyak Jadwal Operasional Lebaran, LRT Sumsel Dirikan Posko, Akomodir Perjalanan Masyarakat

Pihaknya berharap dengan kondisi iklim yang ada, Sumsel pun mampu beradaptasi dan menjaga ketahanan pangan, baik di wilayah Sumsel maupun nasional. "Sumsel sejauh ini mampu bertahan dengan kondisi yang ada dan ini harus terus dikembangkan," jelasnya.

Deputi Direktur International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) Indonesia, Andree Ekadinata mengatakan perubahan iklim dewasa ini tak hanya menyangkut isu lingkungan, tetapi juga isu kemanusiaan. Oleh karena itu, dalam merencanakan berbagai strategi 20 tahun ke depan yang tertuang dalam RPJPD Sumsel 2025-2045, pihaknya merekomendasikan empat hal yang patut mendapat atensi guna menjaga perekonomian wilayah tetap berjalan baik. 

“Ketika merencanakan pembangunan 20 tahun ke depan perlu memperhatikan masa lalu, kondisi saat ini, dan potensi tantangan di masa mendatang. Termasuk tantangan perubahan iklim,” katanya di sela-sela Musrenbang. Pertama perlu diperhatikan, seperlima pertumbuhan ekonomi Sumsel bergantung sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yaitu ketersediaan lahan yang ada saat ini. 

Menurut Andree, ini tidak sama dengan kondisi dulu, lahan yang tersedia saat ini semakin menyempit. Sementara pertumbuhan penduduk Sumsel diproyeksi mencapai 10 juta jiwa dalam beberapa tahun ke depan, membuat kebutuhan lahan semakin meningkat. “Kuncinya membangun sinergi antara rencana pembangunan dengan tata ruang, meningkatkan produktivitas supaya setiap jengkal lahan menghasilkan produksi yang bermanfaat,” jelasnya. 

BACA JUGA:Terpilih jadi Anggota DPRD Sumsel, Lury Elza Alex Noerdin Bakal Perjuangkan Program Sekolah-Berobat Gratis

BACA JUGA: 4 Letting Kapolri Masih Berdinas di Polda Sumsel, Ini Jabatan Pamen Polri Melati 3 Itu

Salah satu solusi yang bisa diterapkan dalam mengatasi persoalan lahan, yaitu penerapan Agroforestri yang memadukan berbagai spesies di satu lahan. Diketahui Agroforestri merupakan salah satu model pertanian melibatkan integrasi antara tanaman pokok semusim dengan berbagai jenis tanaman kayu atau tanaman lain yang memberikan manfaat beragam. Bentuk dan praktik agroforestri bervariasi di berbagai wilayah di dunia. Perbedaan ini mencerminkan fungsi-fungsi ekonomi, ekologi, dan sosial-budaya yang berbeda dari masyarakat di setiap wilayah.

Kedua, kondisi Provinsi Sumsel yang memiliki ekosistem gambut cukup besar membuat wilayah ini memiliki peran penting dalam upaya mengatasi perubahan iklim sehingga dapat terlaksana dengan baik. Ekosistem gambut, kata dia, menyimpan cadangan karbon dalam jumlah besar. Oleh karenanya butuh pengelolaan yang baik agar tidak justru menyumbang emisi gas rumah kaca. 

Aspek ketiga, ancaman perubahan iklim pada ketahanan pangan. Ketakutan besar semua negara di dunia yaitu produksi dan produktivitas pangan menurun drastis. Hal itu sejalan dengan prediksi Food and Agriculture Organization (FAO) dimana tahun 2050 dunia akan menghadapi potensi bencana kelaparan yang disebabkan oleh menurunnya hasil panen dan gagal panen akibat perubahan iklim. 

“Sumsel perlu memperhatikan ketahanan pangan ini, salah satu upaya meningkatkan produktivitas dengan mengembalikan pengetahuan tentang pangan lokal yang ada di sekitar rumah,” kata Andree. Terakhir, isu yang juga penting kesetaraan gender. Hal itu lantaran dampak perubahan iklim yang dialami laki-laki dan perempuan tidak akan sama. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan