https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mudik Menjadi Tradisi Jelang Lebaran, Ternyata Ini Asal Usulnya

MUDIK: Saat ini, tak sedikit pemudik yang menggunakan motor pribadi--

BACA JUGA:92 Pos, Kerahkan 5.043 Personel, Persiapan Sambut Arus Mudik-Balik Lebaran 2024

Berdasarkan buku berjudul Pertanian dan Kemiskinan di Jawa (2002), tradisi mudik sangat lekat dengan kebiasaan petani Jawa yang mengunjungi tanah kelahirannya untuk berziarah ke makam para leluhur. Bagi mereka, mengunjungi makam leluhur menjadi aspek spiritual penting yang harus dilakukan.

Mendoakan leluhur dianggap sebagai sebuah kewajiban yang perlu mereka tunaikan. Budaya ziarah yang dimiliki masyarakat Jawa tersebut, sebelumnya berasal dari upacara sraddha atau dikenal dengan nyandran. Upacara sradda menjadi cikal bakal ziarah yang dilakukan oleh masyarakat Jawa di berbagai daerah.

Nyandran yang berasal dari upacara tersebut, menjadi sebuah tradisi pembersihan makam yang dilakukan di pedesaan. Masyarakat Jawa akhirnya rela melakukan perjalanan jauh hanya untuk melaksanakan kewajiban mereka, yaitu mendoakan dan membersihkan para makam leluhur. Dan dari sini lah istilah  mudik menjadi membudaya di kalangan masyarakat Jawa.

Ketika pulang kampung, tentu saja ada beberapa hal yang dilakukan seperti takbiran, hingga sungkeman. Silaturahmi serta reuni bersama dengan sanak keluarga dan teman-teman menjadi tradisi yang terjadi dalam mudik di Indonesia. Namun selain kegiatan tersebut, biasanya acara makan bersama juga menjadi hal yang lumrah ditemui saat mudik.

Ada juga tradisi ziarah kubur, bahkan berkebun bagi masyarakat yang memiliki kebun. Lantas, apakah bersilaturahmi melalui telepon atau video call bisa dikatakan mudik? Sayangnya, mudik harus datang langsung dan tidak ada mudik online.

BACA JUGA:Tradisi Stempel di Sungai Komering: Momen Lebaran yang Dinanti-Nanti

BACA JUGA: Tak Sekedar Tradisi, Inilah Manfaat Berbuka Puasa dengan Kurma Berjumlah Ganjil Ala Rasulullah SAW

Itu artinya jika kita melakukan conference call saat Hari Raya Idulfitri nanti tidak termasuk dengan mudik meskipun bertemu secara virtual dengan keluarga. Seiring semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang melakukan mudik, pemerintah Indonesia pada tahun 1960-an memberikan perhatian serius pada kegiatan mudik ini.

Jalur kereta api yang beroperasi pada masa kolonial akhirnya kembali diaktifkan untuk menampung para pemudik. Kemudian memasuki tahun 1980-an, opsi kendaraan masyarakat yang ingin melakukan mudik pun semakin variatif.

Mulai dari pesawat, kereta api, bus, hingga kendaraan pribadi. Daerah-daerah kampung halaman yang jaraknya jauh, tidak lagi menjadi masalah besar bagi para pemudik yang berasal dari Ibu Kota.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan