Urine Berbusa, Indikasi Gangguan Ginjal
*RSMH Layani Pasien Cuci Darah
PALEMBANG - Penyakit ginjal adalah istilah yang menggambarkan setiap gangguan pada ginjal. Penyakit ginjal dapat menyebabkan fungsi ginjal dalam membersihkan dan menyaring limbah atau racun dari darah menjadi terganggu.
Dr dr H Zulkhair Ali, SpPD KGH FINASIM sebagai spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Dokter Moehamad Hoesin (RSMH) Palembang mengatakan, penanganan penyakit ginjal di Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang sudah paripurna mulai dari deteksi dini, diagnosis penyakit dan penyebab sampai pengobatan.
"Pengobatan meliputi pengobatan konservatif berupa diet dan obat obatan, serta pengobatan pengganti ginjal seperti dialisis (hemodialisis memakai mesin, dan CAPD dilakukan sendiri dirumah) dan transplantasi ginjal," ujar Dr dr H Zulkhair Ali SpPD KGH FINASIM, yang juga Kepala Divisi Ginjal Hipertensi, RSUP RSMH Palembang.
Menurut dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang ini, paling penting deteksi awal mengenai penyakit ginjal. Namun, penyakit ginjal ini tidak ada gejala sekitar 70 persen. "Hanya sebagian kecil ada gejala seperti, sakit pinggang, sakit kencing," jelasnya.
Dan, upaya pencegahan dengan deteksi dini dilakukan medical cekup sederhana seperti, cek urine, cek darah sederhana. "Jika ada indikasi penyakit Ginjal, baru dilakukan pemeriksaan lanjutkan seperti USG. Namun, sayangnya kadang masyarakat sungkan untuk medical cekup karena takut ketauan jika ada penyakit, padahal jika tauh sejak dini akan dapat dilakukan pencegahan," terangnya.
Lanjutnya, penyakit ginjal salah satu disebabkan penyakit diabetes, penyakit hipertensi, batuk, Inpeksi Ginjal, Radang ginjal. "Ini penyakit umum yang menyebabkan penyakit ginjal. Pencegahan dilakukan dengan penggunaan gizi seimbang," jelasnya lagi.
Untuk mengetahuinya, Kata Dr Zulkhair bisa dilihat dari urine. Hati-hati jika terjadi perubahan warna. Yang bagus itu bening agak ke kuningan. "Kalau ada perubahan warna harus hati-hati seperti terjadi perubahan warna pekat, dan sangat berbahaya itu jika kencing kita berbuih (busa)," sebutnya.
Lebih jauh dijelaskan, orang yang sudah mengalami gagal ginjal ada lima tahap. Misalnya, jika stadium tiga jangan sampai menjadi stadium empat dengan cara membatasi makanan. Jangan banyak makan protein, garam, kalau tensi tinggi harus di normalkan.
"Bagi yang belum terkena harus lakukan pencegahan kalau sudah jangan sampai progresofitas (jangan sampai berat). Kalau berat ya terpaksa harus cuci darah," terangnya seraya mengatakan, dialisis atau cuci darah dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium lima yaitu bila fungsi ginjal sudah dibawah 15 persen dan gangguan ginjal akut stadium tiga.
Pasien RSMH yang melakukan cuci darah, bulan lalu tercatat ada 393 pasien dengan rentan usia semua umur. Namun, lebih dominan usia produktif. "Ada pasien usia 70 tahun masih lakukan cuci darah. Jika pasien harus cuci darah lakukan secara rutin dan iklas, sebab ada yang sampai 10-20 tahun melakukan cuci darah," terangnya lagi.
Masih kata dokter Zulkhair Ali, biaya satu kali cuci darah di RSMH sekitar, Rp1,5-2 juta. Pasien gagal ginjal cuci darah satu minggu dua kali artinya dalam satu bulan minimal delapan kali dengan biaya tersebut yang cukup mahal. Namun saat inikan sudah di cover BPJS. "Dianjurka jangan sampai sudah kena baru daftar anggota tapi sebaiknya daftat BPJS lebih awal untuk jaga-jaga," jelasnya.
Dikatakan, tidak semua pasien penyakit ginjal harus menjalani dialisis yang sehari-hari kita kenal sebagai cuci darah. Pasien batu ginjal, radang ginjal (glomerulonefritis), infeksi ginjal, dan kista ginjal yang belum terjadi penurunan fungsi ginjal dan tidak memerlukan cuci darah.
"Pasien gagal ginjal stadium 1 sampai dengan 4 pun belum memerlukan cuci darah. Tapi nampaknya tema tersebut lebih ditujukan kepada saudara-saudara kita yang mengidap penyakit ginjal stadium lanjut yang menjalani dialisis, karena selama ini kualitas hidup mereka diketahui memang kurang baik," urainya.
Sebagai penyakit kronis, penyakit ginjal tentu sangat mempengaruhi fisik dan mental pasien. Kondisi fisik umumnya dengan cepat menurun, apalagi kalau diagnosis sudah terlambat dan pasien baru datang ke dokter dalam kondisi lanjut. "Dalam keadaan seperti ini umumnya tubuh akan sangat lemah dan produktivitas akan menurun drastis. Kondisi mental baik pasien maupun keluarga juga akan menurun.
Istilah cuci darah biasanya berkonotasi bahwa sudah tidak ada harapan lagi dan hidup akan segera berakhir. Jadi dapat dibayangkan kalau kondisi ini dialami oleh seorang yang masih muda, usia produktif dan tulang punggung keluarga. Semua harapan, cita-cita dan karier yang dibangun selama ini seolah segera sirna seketika. "Umumnya keadaan ekonomi keluarga juga ikut terpengaruh, walaupun biaya pengobatan sudah dijamin BPJS," tandasnya. (nni)