Setop Kekerasan terhadap Perempuan

WOMEN’S DAY : Bendahara Solidaritas Perempuan Palembang, Yui Zahana dan tim menyampaikan peringatan Internasional Women's Day, Kamis (7/3). -Foto : ADI FATRIANSYAH/SUMEKS-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Internasional Women's Day menjadi momen aktivis yang tergabung dalam Solidaritas Perempuan Palembang menyampaikan protes atas kekerasan dan tidak adanya kebebasan perempuan berekspresi dan mengeluarkan pendapat di Bundaran Air Mancur, kemarin (7/3). 

Dalam aksi yang diikuti berbagai lembaga non government organization (NGO) yang konsen pada persoalan perempuan itu menganggap pembungkaman suara perempuan saat ini masih terus terjadi. Data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Sumsel, kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan ada 408 kasus dan korbannya mencapai 449 orang. 

Dari jumlah itu, pada tahun 2022 silam paling banyak terjadi di Palembang ada 59 kasus kekerasan seksual. "Kemudian di Lahat 51 Kasus, Ogan Ilir 46 kasus, Musi Rawas 39 kasus, Pagaralam 36 kasus, Banyuasin 31 kasus, OKI 31 kasus, OKU 29 kasus, dan seterusnya," ungkap Bendahara Solidaritas Perempuan Palembang, Yui Zahana di Sekretariat SP Palembang, Kamis (7/3). 

Korbannya tercatat 449 orang dan terbanyak dialami anak perempuan 219 orang, anak laki-laki 73 orang, pria dewasa 3 orang, dan perempuan dewasa 154 orang. "Khusus tahun 2023, kasus kekerasan yang terjadi Sumsel pada Januari-Juli sebanyak 376 orang. Yakni perempuan dewasa 111 orang, anak perempuan 202 orang, dan anak pria 63 orang," tegasnya. 

BACA JUGA:P5 Melatih Kemampuan Berekspresi

BACA JUGA:Tahukah Kamu! Coretan Dinding Tunjukkan si Kecil Mulai Bisa Berekspresi

Yui menyebut perempuan juga berhak mendapat kesempatan untuk didengar. Karena itu, dirinya terus mendorong perempuan berani menyuarakan suaranya itu. Dirinya juga berharap semua mendukung keberagaman, kesetaraan, dan inklusi pada seluruh aspek masyarakat dan kehidupan sehari-hari. 

"Bersama segenap aktivis peduli perempuan lainnya di bawah naungan Walhi Sumsel, kami bersama-sama meruntuhkan hambatan perempuan dalam bersuara. Selain itu menantang stereotipe atau pandangan/penilaian terhadap suatu kelompok, dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif untuk semua," ulasnya. 

Melalui aksi, ia juga berharap menjadi perhatian semua pihak agar mendukung dan meruntuhkan segala yang menghambat kebebasan perempuan bersuara serta memperjuangkan hak-haknya. " Ini saatnya perempuan berani memperjuangkan hak-haknya, sehingga mendapat keadilan dan kesetaraan," bebernya. 

Aktivis Walhi Sumsel, Febri menambahkan hingga saat ini diskriminasi, eksploitasi, tindak kekerasan setiap bentuk penindasan yang juga membelenggu perempuan, terlebih perempuan miskin dan disabilitas. Untuk itu perlu sama-sama memperjuangkan dan mengadvokasi hak-hak perempuan terutama di Sumsel. Karena perempuan juga berhak mendapat kesempatan didengar.

"Di momen Hari Perempuan Sedunia, paling tidak jadi momentum bagi perempuan Indonesia untuk tampil menyuarakan dan memperjuangkan hak-haknya sekaligus memberi kesempatan ke perempuan tersebut untuk didengar suaranya," pungkasnya. (afi/fad)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan