Ubah Biji Karet Jadi Makanan Olahan
MUSI RAWAS - Inovasi dilakukan mahasiswa Program Studi (Prodi) Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Musi Rawas, Oftiara Shindo Lious. Dia berhasil mengubah biji karet yang mengandung racun menjadi makanan olahan atau cemilan.
Cemilan manis sejenis gipang kacang-kacangan tersebut diberi nama Teng-Teng Bikar (Biji Karet). Biji karet tersebut digunakan sebagai pengganti kacang.
Inovasi ini membawa Oftiara Shindo Lious mendapat penghargaan harapan I, sebagai Mahasiswa Inovatif dari Gubernur Sumsel Desember 2022 lalu. Sebelum ke tingkat provinsi kelompok mahasiwa yang mengolah biji karet ini mendapat penghargaan peringkat dua dari Wali Kota Lubuklinggau di ajang inovasi daerah. ‘’Ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian, sekaligus dosen pembimbing, May Shiska Puspitasari mengatakan Teng-teng Bikar sudah dibuat sejak 2021, ikut lomba yang sama masuk 10 besar. Dari juri, banyak masukan. Lalu kami perbaiki, dan kita coba lagi 2022. Akhirnya dapat piagam penghargaan," katanya.
Proses pembuatan dimulai dengan mengupas biji karet dari cangkangnya. Kemudian diambil isi putih pada biji karet. Lalu biji tadi direndam selama 3 hari dengan air beberapa kali diganti. Kemudian direbus selama 1,5 jam. "Cara ini mampu menurunkan racun sianida sebesar 98,26 persen jadi apa aman di konsumsi," katanya.
Kemudian dari rebusan, biji karet disangrai, lalu biji karet yang renyah ditumbuk kasar. "Setelah itu baru diolah menjadi teng-teng, dengan gula merah tebu," katanya.
Makanan olahan biji karet ini diklaim lebih tinggi protein dibanding kacang tanah. Biji karet kandungan protein 27 persen per 100 gram. Sedangkan kacang 25 persen per 100 gram.
Dekan Fakultas Pertanian Unmura, Hermanto mengatakan Fakultas Pertanian selalu berinovasi berkaitan dengan kreatifitas mahasiswa. "Kita bersyukur akhir tahun lalu, mahasiswa ikut dalam pekan inovasi daerah," katanya.
Kegiatan inovasi ini tidak hanya menang, tapi produknya diurus izin produksi dan izin edarnya. Saat ini sudah tersedia di market place, shopee, facebook dan sebagainya. "Tinggal dua lagi yang belum keluar itu Izin BPOM dan Halal dari MUI," pungkasnya.
Dikatakan, memang produk itu belum produksi massal, namun sesuai pemesanan. "Tapi intinya, dengan ada izin dari Disprindag dan Dinkes artinya produk makanan ini aman di konsumsi," pungkasnya, sambil menjelaskan masih ada prestasi mahasiswa yakni mulai pertukaran pelajar, hingga magang ditempat-tempat elit.(lid)