https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Pahami Musibah sebagai Ujian Menaikan Derajat

UJIAN : Ujian baik berupa keburukan maupun kebaikan sejatinya untuk meningkatkan derajat di sisi Allah SWT.-FOTO : IST-

PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID - Setiap musibah dan kebaikan yang menimpa orang beriman merupakan ujian dari Allah Swt.

Sesuai dengan Firman-Nya, “Setiap jiwa pasti akan mati. Dan Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; kepada Kamilah kalian kembali.” (QS al-Anbiya’: 35).

Ujian baik berupa keburukan maupun kebaikan sejatinya untuk meningkatkan derajat di sisi Allah.

“Semua ujian dan cobaan yang diberikan justru menunjukkan adanya rasa kasih sayang Allah kepada hamba yang beriman. Di mana semakin tinggi tingkat keimanan seseorang maka akan bertambah berat pula ujian dan cobaan yang akan dihadapinya.”

BACA JUGA:Polisi Bantu Warga Terkena Musibah

BACA JUGA:Bantu Korban Musibah Tanah Longsor, Sekaligus Beri Pesan Ini Pada Warga!

Para Nabi sekalipun menghadapi banyak jalan terjal dalam mengemban risalah Allah. Akan tetapi mereka selalu mengajarkan hidup lapang dan optimistik.

Agar insan beriman tidak serba sempit dan negatif dalam menghadapi musibah dan masalah. Selain para Nabi, orang-orang shaleh juga tidak mungkin lepas dari ujian Allah Swt.

“Seperti Allah menguji Nabi Ayub Alaisi salam dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat berat selama berpuluh tahun, tetapi beliau tetap sabar.

Setelah para Nabi dan Rasul, orang yang menerima ujian berat adalah para shalihin dan ulama, baru secara berurutan ujian yang ringan kepada orang awam.

BACA JUGA:Solidaritas di Tengah Musibah, Berikan Bantuan Kepada Warga Terdampak Banjir

BACA JUGA:Pulang Haji Langsung ke Lokasi Musibah: Sekda Palembang Turun Tangan Bantu Warga Terdampak Kebakaran

Ketika seseorang berikrar Amantu Billah, maka Allah akan menyiapkan ujian baginya,

“musibah” yang berupa kebaikan, maka hal itu berasal dari Allah, dan bila “musibah” berupa keburukan yang kemudian disebut dengan bencana—maka hal itu berasal dari perbuatan manusia sendiri. Karenanya, tidak semua musibah adalah bencana.

Musibah yang disebut bencana dan bermakna negatif adalah musibah yang mendatangkan keburukan bagi manusia dan hal itu merupakan hasil dari perbuatan manusia sendiri juga.

Bbukan dari Allah, meskipun secara kasat mata musibah itu terjadi di alam. Hal tersebut berdasarkan QS. Al-Syura ayat 30.

BACA JUGA:Musibah Kebakaran di Depot Panglong: Kerugian Mencapai Rp 1 Miliar, Tiga Kendaraan Terbakar. Ini Penyebabnya!

BACA JUGA:Ada Apa dengan Musibah Yang Datang Silih Berganti

“Musibah terjadi akibat ulah perbuatan dosa dan kesalahan manusia itu sendiri, baik itu disebabkan karena kekufuran, kemunafikan, dan kemaksiatan mereka kepada Allah.

Oleh karena itu, saat musibah datang agar tidak mudah menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Allah dan bahkan menyalahkan taqdir-Nya,”

وقد يبتلي الله الإنسان بمصيبة لا جزاء له على عمل سيء وقع منه، ولكن من أجل أن ترتفع بذلك درجته وينال مقام الصابرين

"Adakalanya Allah Ta'ala menguji seseorang dengan sebuah musibah bukan sebagai balasan atas perbuatan buruk yang dia lakukan.
Akan tetapi agar dengan musibah tersebut terangkat derajatnya dan dapat meraih kedudukan orang-orang yang sabar."

Ujian menyerang siapa saja tidak pandang bulu. Sebagaimana orang miskin diuji, orang kaya pun demikian.

Sebagaimana rakyat jelata diuji, maka para penguasa juga diuji. Bahkan, bisa jadi ujian yang dirasakan oleh penguasa dan orang-orang kaya lebih berat daripada orang miskin dan rakyat jelata.

Jangan disangka hanya si miskin yang menangis akibat ujian yang ia hadapi, atau hanya si miskin yang merasakan ketakutan, bahkan penguasa bisa jadi lebih banyak tangisannya dan lebih parah ketakutan yang menghantuinya daripada si miskin.

Intinya, setiap yang bernyawa pasti diuji sebelum maut menjemputnya, siapapun orangnya. Entah diuji dengan kesulitan, atau diuji dengan kelapangan.

Kemudian ia akan dikembalikan kepada Allah untuk dimintai pertanggungjawaban bagaimana sikap dia dalam menghadapi ujian tersebut.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (QS. Al Anbiyaa’ : 35).

Memang dunia ini adalah medan ujian, kehidupan ini ada medan perjuangan, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maha Suci Allah yang ditangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk : 1-2).

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya” (QS. Huud : 7).

Jikalau orang kafir juga tidak selamat dari ujian kehidupan, maka bagaimana dengan seorang yang beriman kepada Allah? Pasti akan menghadapi ujian juga.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan ‘kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al- Ankabuut : 2). Begitu juga dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya),

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan dan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al- Baqoroh : 155).

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?

Mereka ditimpa oleh melapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya :’bilakah datangnya pertolongan Allah?’. Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al- Baqoroh : 214).

Bahkan semakin tinggi iman sseorang maka semakin banyak ujian yang akan ia hadapi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi.

Kemudian ya Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),ng paling sholeh dan seterusnya. Seseorang diuji berdasarkan agamanya, jika agamanya lemah maka ia diuji berdasarkan agamanya.

Dan ujian senantiasa menimpa seorang hamba hingga  meninggalkan sang hamba berjalan di atas bumi tanpa ada sebuah dosapun” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 143).

Jika anda terkadang merasakan ujian yang terus menimpa anda maka itulah yang pernah dirasakan oleh seorang Imam besar sekelas Imam Syafii. Al-Imam Asy Syafii rahimahullah berkata : “Cobaan zaman banyak tidak habis-habisnya...

Dan kegembiraan zaman mendatangimu (sesekali) seperti sesekalinya hari raya. Bahkan terkadang ujian datang bertubi-tubi dan bertumpuk-tumpuk.

Imam Syafii rahimahullah juga berkata : “ hal-hal yang dibenci tatkala datang bertumpuk-tumpuk... Dan aku melihat kegembiraan datang sesekali”.

Ingatlah bahwasanya tidak ada istirahat total, kegembiraan total, kecuali di akherat kelak. Selama anda masih hidup di dunia maka siap-siaplah dengan ujian yang menghadang.

Bersabarlah, tegarlah demi meraih ketentraman dan kebahagiaan abadi kelak di surga. Ada orang awan yang berkata “Kalau mau hidup di dunia harus siap diuji ya, jangan hidup di dunia!”.(rf)



 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan