Kok Bisa? Presiden Tegaskan Stok Berlimpah, Menko Perekonomian Pastikan Impor 1,6 Juta Ton Beras
Presiden Joko Widodo (Jokowi) tinjau stok beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (15/2). -Foto: Dokumentasi Biro Pers Sekretariat Presiden-
JAKARTA,SUMATERAEKSPRES.ID - Pemerintah memutuskan untuk mengimpor 1,6 juta ton beras untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan impor beras dilakukan akibat mundurnya masa panen selama dua bulan.
“Seharusnya pada Maret-April itu sudah panen raya, sekarang mundur ke April, Mei, dan Juni, sehingga produksi menurun dan pemerintah kemarin memutuskan untuk melakukan impor,” kata Airlangga di Jakarta.
Selain merealisasikan impor, pemerintah juga meningkatkan akan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari 150 ribu ton menjadi 250 ribu ton.
BACA JUGA:Distribusi Bansos Dihentikan Sementara, Hormati Pemilu 2024
Menurutnya, untuk mempermudah distribusi, paket beras SPHP dapat dikemas ulang dengan berat yang disesuaikan.
“Biasanya ‘kan SPHP kiloannya 5 kilogram. Jadi, untuk beberapa wilayah silakan didistribusi dalam kiloan yang lebih besar dan di lapangan diberi kesempatan untuk melakukan pengemasan ulang dari 50 kilogram atau 25 kilogram menjadi 5 kilogram," beber dia.
Untuk biaya pengemasan ulang tersebut akan diganti oleh pemerintah. “Kemarin itu solusi-solusi yang disampaikan,” ucapnya.
Airlangga pun mengingatkan bahwa upaya-upaya ini perlu dilakukan karena situasi perekonomian global di masa mendatang masing belum membaik. “Jadi, pertumbuhan ekonomi global masih akan turun,” jelas Airlanga.
BACA JUGA:ALHAMDULILLAH. Bu Menkeu Murah Hati. Bansos Beras 10 kg Diperpanjang sampai Desember 2023
BACA JUGA:Salurkan Bansos, Dijatah 10 Kg tiap KPM
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A Widyasanti mengatakan nilai impor beras Indonesia tahun ini mengalami kenaikan sebesar 135,1 persen dibandingkan dengan Januari 2023 yang mencapai USD 118,7 juta.
"Impor beras pada Januari 2024 senilai USD 279,2 juta," kata Amalia. Namun, jika dilihat secara bulanan impor mengalami penurunan sebesar 16,73 persen.
Impor beras Indonesia masih didominasi dari Thailand yakni sebesar USD 153 juta, disusul dengan Pakistan sebesar USD 79,3 juta, dan Myanmar sebesar USD 23,98 juta.
Menurut Amalia, beras yang diimpor ini tidak langsung di lepas ke pasar, tetapi mengikuti kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Oleh karena itu, pola impor beras tidak bisa diketahui secara pasti.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebutkan impor beras tidak mengganggu nilai tukar petani pangan (NTPP).
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan hal itu terbukti dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan bahwa nilai tukar petani di Indonesia terus meningkat selama dua tahun terakhir.
“Pertumbuhan NTPP seperti ini mengartikan 'sedulur' petani tanaman pangan makin sejahtera. Langkah importasi yang dilakukan pemerintah tidak begitu berdampak negatif. Sebab, kami memastikan importasi yang dilakukan adalah importasi yang terukur dan sesuai kalkulasi, serta hanya dipergunakan untuk pelaksanaan program pemerintah saja,” kata Arief.
Arief mengatakan pada Oktober 2022, NTPP tercatat mulai bangkit melampaui angka 100. Saat itu NTPP mencapai 100,41 dan makin tumbuh selama 2023.