KCBN Muaro Jambi: Pesona Sejarah dan Sumbangsihnya untuk Kas Negara
Kepala Balai Perlindungan Kebudayaan Wilayah V, Agus Widiatmoko-Foto: Dody -
JAMBI, SUMATERAEKSPRES.ID - Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi, dengan luas mencapai 3.981 kilometer persegi, menjadi rumah bagi Candi Koto Mahligai, sebuah situs bersejarah yang memukau di Provinsi Jambi, Indonesia.
Situs candi ini bukan sekadar struktur batu, melainkan jendela yang membawa kita menyusuri lorong waktu, mengungkap kebesaran dan kompleksitas peradaban masa lalu.
Mengacu pada masa kerajaan kuno wilayah ini, situs ini menempuh perjalanan sejarah dari abad ke-7 hingga ke-8 Masehi.
Kepala Balai Perlindungan Kebudayaan Wilayah V, Agus Widiatmoko, baru-baru ini mengungkapkan, "Ternyata ada 8.000 pohon duku di sini, bisa menyumbang lebih dari Rp 700 juta untuk kas negara.
BACA JUGA:Markisa Dalam Budaya Tionghoa: Simbol Keseimbangan dan Kesejahteraan, Benarkah Begitu?
"Dia menyoroti potensi besar KCBN Muaro Jambi dan upaya untuk menghidupkannya kembali.
Revitalisasi KCBN Muaro Jambi tak hanya sebatas memperbaiki struktur candi dan situs purbakala, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat.
Di tengah tantangan seperti banjir yang kerap melanda kawasan ini, muncul pula peluang baru. Masyarakat berencana memanfaatkan jaringan sungai sebagai jalur komersial, mirip dengan praktik di Vietnam.
Berada tidak terlalu jauh dari Kota Jambi, KCBN Muaro Jambi kini mulai menarik minat banyak orang setelah sejumlah upaya revitalisasi dilakukan.
BACA JUGA:Gelar Aksi Sosial dan Budaya, Peringatan Hari Lahan Basah Dunia
Akhir pekan menjadi momen ramai dengan kunjungan masyarakat. Untuk menjaga kelestarian lingkungan, penggunaan kendaraan bermotor bahan bakar fosil dilarang, dan sepeda listrik disediakan bagi pengunjung yang ingin menjelajahi kawasan candi.
Dengan potensi wisata sejarah yang kaya dan kontribusinya yang signifikan terhadap perekonomian negara, KCBN Muaro Jambi menjadi saksi bisu kemegahan peradaban masa lalu serta harapan masa depan yang cerah.