Tradisi Lama, Beli Emas Gunakan Wadah Bekas Cat
Fenomena ‘’Toko Emas Berjalan’’ Warga Sungsang
Memakai hiasan saat menghadiri undangan merupakan hal yang biasa. Tetapi jika memakainya gemerlap atau berlebihan tentu hal yang tak biasa. Inilah yang terjadi di daerah Sungsang, Banyuasin. Di sini saat menghadiri hajatan, warga seperti berlomba menggunakan emas berukuran besar seperti toko emas berjalan.
QUATA AKDA - Banyuasin
MEMAKAI emas berukuran besar yang dilakukan warga Sungsang tak lepas dari kebiasaan zaman dulu. Sebelum ada bank, saat pulang melaut warga sungai mendapatkan uang dalam jumlah cukup banyak. ‘’Karena belum ada bank, uang tersebut disimpan di bawah kasur,’’ ujar Riduan, Camat Banyuasin II.
Uang itu sendiri tentunya terus bertambah. Hingga akhirnya pada tahun 1960 - 1970 di wilayah tersebut berdirilah toko emas. ‘’Daripada uang yang disimpan di bawah kasur menjadi rayap, warga Sungsang memanfaatkan uang tersebut untuk dibelikan emas, " terangnya.
Saat itu, di Sungsang banyak juragan. Mereka pun membeli emas dalam jumlah yang cukup banyak. "Bukan membeli dalam suku atau gram, tapi canting (wadah bekas cat), " ungkapnya.
Lalu, emas tersebut dipakai orang tuanya, anak gadisnya dalam jumlah banyak. Semua emas yang dibeli terpakai semua. "Daripada nganggur (tidak terpakai) emasnya dipakai kepada anak gadisnya, " imbuhnya.
Kendati akhirnya berdirinya bank, tradisi itu tetap berjalan seperti biasa. "Yang menabung di bank tetap ada, tetapi tradisi membeli emas dalam jumlah banyak terus berjalan,’’ jelasnya.
Riduan mengungkapkan tradisi ini sendiri tak hanya diikuti oleh orang kaya di Sungsang, tapi orang biasa (bukan orang kaya). ‘’Hanya saja jika orang biasa umumnya membeli imitasi yang mirip emas,"terangnya.
Diakuinya, orang luar Sungsang akan terpesona bahkan terkejut jika melihat masyarakat Sungsang memakai gemerlap emas di tangan, leher, anting dan lainnya. ‘’Bahkan dijuluki tokoh emas berjalan, dan itu sudah tersohor ke mana-mana, " katanya.
Emas itu sendiri biasanya tiap hari dipakai, karena di Sungsang ini kecuali hari Jumat selalu kondangan atau hajatan. ‘’Jadi tidak lepas lagi, " bebernya.
Mengenai masyarakat Sungsang Desa Sungsang 1 yang viral di media sosial, Riduan menerangkan kalau perempuan itu memiliki toko emas. "Emas yang dipakai, itu bukan yang dijual, " tukasnya.
Rozi, mantan Kepala Desa Sungsang I mengatakan di Kecamatan Banyuasin II terutama di Sungsang sendiri, masyarakat yang pakai emas di jari dan leher yang mentereng itu mungkin termasuk adat istiadat. "Sudah masuk adat, dan sudah berlangsung lama, " ungkapnya.
Apalagi pada saat ada hajatan yaitu pernikahan dan Lebaran, pasti masyarakat terutama ibu-ibu akan menggunakan emas."Tapi yang pakai emas sudah mapan, "imbuhnya.
Dikatakan, pernah ada perempuan yang viral di tiktok karena memakai emas berukuran besar. Dia adalah warga Desa Sungsang I dengan akun Raesma mas Skincare. Akibat aksi perempuan itu yang pamer emas di media sosial hingga viral, beberapa tahun lalu sempat diundang dalam acara televisi di Jakarta. "Acara brownis di Trans TV," tuturnya.
Diakuinya kalau perempuan itu memiliki dua toko emas. Usaha ini dirintis sejak lama sekitar 15 tahun.
Suaminya sendiri dulunya bekerja sebagai serang kapal tugboat dan gaji yang didapatkan waktu itu cukup besar. "Paling kecil Rp20 juta, dan sekarang berhenti jaga toko emas, " bebernya. (*/)