Fhang Sheng: Ritual Melepaskan Burung di Pulau Kemaro yang Penuh Makna

Ritual fhang sheng atau melepaskan burung merupakan bentuk ucapan terimakasih kepada alam atau memenuhi nazar yang sudah terpenuhi. -Foto: Ibnu Holdun/Sumateraekspres.id-

“Kapan saja, setelah habis sembahyang juga di Kelenteng juga boleh,” terangnya. 

Kalaupun di seputaran pulau Kemaro, banyak yang melepas burung dikarenakan banyak pedagang burung yang datang kesana.

BACA JUGA:Mencengangkan, Ini 10 Fakta Yang Belum Banyak di Ketahui Soal Jembatan Ampera!

BACA JUGA:9 Olahraga yang Cocok untuk Usia 40 Tahun, Nomor 6 Bisa Dilakukan Kapan Saja, Yuk Gerak!

“Jadi kepercayaan kita, Ketika kita melihat orang akan menyembelih ayam. Dan kita melihat dalam pandangan pertama, selanjutnya kita beli ayam yang akan dipotong tadi. Selanjutnya ayam itu kita lepas pada habitatnya, Itu sudah merupakan kebaikkan,” kata Harun. 

Nah, berbicara mengenai melepas burung sifatnya Kembali pada masing-masing individu.

Tapi intinya fhang sheng, melepaskan Binatang ke alam bebas sudah tentu baik.

“Tapi ada makna lain dibalik masing-masing individu. Bisa jadi mereka melepaskan atau membayar nazar, untuk ucapan terimakasih. Karena nazarnya sudah terpenuhi. Selain itu, membuang kesialan melepaskan kekurangan negative atau melepaskan beban mereka. Makna beban terlepas, jadi banyak sekali arti positif,” kata dia. 

Melepaskan makhluk hidup sendiri tidak serta merta semuanya harus burung. Bisa juga mahluk hidup lainnya.

“Fhang sheng atau melepaskan Binatang yang paling bagus Ketika orang akan membantai hewan, kita beli dan lepaskan. Artinya kita melepaskan penderitaan Binatang tersebut,” ulangnya. 

Begitu juga melepaskan ikan. Meurut Tjik Harun, harus dilepaskan dialam bebas seperti Sungai Musi.

“Itupun dalam melepaskan ikan, hendaknya banyak orang tidak tahu. Sehingga ikan tersebut akan bebas hidup dialam liar. Selain itu, dengan dilepaskannya ikan kealam liar, sudah membantu pemerintah untuk melestarikan habitat atau budidaya ikan disungai,” paparnya. 

Sementara itu, salah seorang yang biasa menjual burung di pulau Kemaro, Edi, mengatakan jika dirinya menjual burung ke pulau kemarau sebagai hasil tahunan.

“Perayaan Cap Go Meh, kan setahun Cuma sekali. Dan dalam setahun itu juga kita menjual burung. Biasanya yang banyak dibeli oleh tamu atau jamaat pulau Kemaro, adalah burung pipit. Namun untuk mereka yang memiliki uang banyak biasanya membeli burung merpati,” kata dia. 

Dikatakan Edi, tidak hanya dia yang menjual burung.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan