https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mengenal Kampung Kapitan, Permukiman Tertua Etnis Tionghoa di Palembang yang Penuh Jejak Sejarah

Kampung Kapitan di 7 Ulu kecamatan SU I merupakan perkampungan tertua etnis Tionghoa yang ada di Palembang. -Foto: Adi/Sumateraekspres.id-

BACA JUGA:Kampung Kapitan, Cagar Budaya yang Kini Butuh Perhatian

BACA JUGA:Sejarah dan Asal Usul Kata Barongsai, Gabungan 5 Elemen Mahkluk, Nomor 4 Diluar Nalar

Sehingga dari situ, banyak pedagang asal Tiongkok ini berdatangan dan berdagang di Palembang hingga akhirnya menikah sama warga Palembang.

Adapun orang Tiongkok yang keturunan Tionghoa yang tinggal di Palembang yakni kepala kantor cabang dari Tiongkok dan sangat terkenal pada saat itu yakni Lioang Taow Ming. 

Ketika itu, Lioang Taow Ming merupakan orang yang sangat berpengaruh dan juga pengaruhnya sangat kuat di komunitas dari warga Tionghoa kala itu.

Di masa kolonial Belanda di Palembang, diangkatlah warga warga Tionghoa sebagai perwira dengan pangkat Mayor yang bertugas mengatur di wilayah 7 Ulu.

Perwira tadi dikenal dengan Mayor Tumenggung atau Mayor Putih yang berdasarkan warna kulit dari etnis Tionghoa yang putih tersebut. 

Seiring perjalanan waktu, jabatan Kapitan atau Mayor ini secara turun menurun terus diwariskan ke generasi berikutnya. Seperti Tjoa Kie Tjuan di tahun 1830.

Dimana Tjoa Kie Tjuan ini merupakan pimpinan warga Tionghoa pertama di Palembang.

Selama masa kepemimpinannya tahun 1830-1855 memimpin di wilaya 7 Ulu.

Sepeninggalnya, jabatan tersebut diturunkan kepada sang anak, Tjoa Han Him berpangkat Kapitan atau Kapten . 

Dengan jabatan sebagai Kapitan itu, dirinya diberikan wewenang dan juga memberikan kebebasan ke Tjoa Han Him dari kolonial Belanda untuk mengatur wilayahnya sendiri tersebut.

Bukan hanya itu, kapitan ketika itu juga dipercaya untuk mengawasi pajak. Dari sinilah nama Kampung Kapitan muncul di Kota Palembang seiring dengan pangkat dari Tjoa Han Him tadi sebagai Kapitan di perkampungan tersebut.

Wilayah diberikan oleh Belanda ke Tjoa Han Him dikarenakan Belanda khawatir dengan warga Tionghoa di Palembang. 

Dalam perjalanannya, para pedagang serta warga Tionghoa yang ada dipercaya untuk menjadi perantara perdagangan.

Tag
Share