Sedekah Ramo, Tradisi Ribuan Tahun di Muratara

Santap Makanan Secara Massal di Alam

Perpaduan Budaya Islam dan Melayu

MURATARA – Ada banyak tradisi yang perlu dijaga di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). Salah satunya adalah 'sedekah ramo'. Ini merupakan tradisi unik yang sudah bertahan cukup lama disana.

Sedekah ramo merupakan tradisi santap makanan secara massal di alam terbuka, menjadi hal yang khusus di lakukan masyarakat Kabupaten Muratara.

Salah satu tokoh adat di Kabupaten ini Rozali mengatakan, pola unik itu sudah terbentuk ribuan tahun lalu. Mengingat banyak jejak lintas peradaban berkembang di wilayah Muratara.

Namun dia menyimpulkan, adat sedekah ramo itu secara bahasa, merupakan perpaduan Budaya Islam dan Adat Tanah Melayu yang di prediksi sudah masuk sejak abad ke 12 di Muratara.

"Sedekah serapan dari bahasa arab, sadakoh, ramo serapan bahasa melayu, rame, rami artinyo bersama sama. Tujuannya, memberikan sesuatu secara bersama sama untuk mendapatkan ridha Allah swt," katanya.

Baca juga : Harga BBM Jadi Penyebab Naiknya Angka Kemiskinan di Sumsel Baca juga : Melihat Koleksi Harta Karun Sungai Musi di Museum Negeri Sumsel, Ada Kemudi Kapal Rp600 Juta

Aslinya, sedekah ramo identik dijadikan wasilah untuk bermunajat kehadirat allah, sekaligus menjadi senjata pamungkas warga di wilayah ini untuk menolak balak.

Tidak jarang, sedekah ramo dilakukan saat momen moment tertentu, seperti saat musim paciklik, saat warga banyak ditempa musibah, saat kemarau melanda, cuci kampung dan lainya. Namun tidak jarang juga dilakukan warga sebagai wasilah bersyukur, seperti dilaksanakan usai soalat Idul Fitri maupun di idul Qurban atau moment lainnya.

"Intinyo waktu sedekah ramo seluruh masyarakat itu bawa hidangan masing masing ke tanah lapang. Lalu berdoa bersama dan ditutup dengan makan bersama, dengan hidangan yang sudah dibawa tadi," ucapnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan