Gunting Jari Bayi, Perawat Dinonaktifkan
Manajemen RS Muhammadiyah Tegaskan Tak Sengaja
PALEMBANG - Meski sudah dioperasi untuk penyambungan kembali, tapi keluarga bayi yang jarinya tergunting putus tak terima. Suparman (38), warga Jl Tembok Baru, Lr Tanjung, Kelurahan 9-10 Ulu, Seberang Ulu I melaporkan oknum perawat RS Muhammadiyah ke Polrestabes Palembang.
Perawat itu, DN, diduga karena kelalaiannya telah menggunting jari kelingking tangan kanan AR (8 bulan), anak Suparman. Kejadiannya, Jumat (3/2), pukul 10.30 WIB. Bagaimana ceritanya? Diketahui, AR dirawat di RS Muhammadiyah Palembang sejak awal Februari karena demam tinggi.
“Istri saya, Sri, yang bawa karena anak kami demam. Sudah tiga hari dirawat,” ujar Suparman. Nah, Jumat itu, infus yang terpaksa pada bayi berjenis kelamin perempuan itu tidak lancar.
“Jadi panggil perawat yang sedang bertugas, untuk minta bantu membenarkan infus di tangan kanan anak saya itu," ujar Suparman, dibincangi usai membuat laporan di petugas piket SPKT Polrestabes Palembang, Sabtu (4/2).
Baca juga : Sumsel Kekurangan Dokter Anestesi Baca juga : Dokter Spesial Masih Terbatas
Karena kesulitan melepas perban yang terpasang pada tangan bayi, perawat itu mengambil gunting yang cukup besar. Untuk menggunting perban itu. “Saya sudah bilang, buka perbannya pelan-pelan saja. Tapi perawat itu ambil gunting. Bukan cuma perban yang lepas, jari kelingking anak saya ikut putus,” cetusnya.
Kendati pihak RS Muhammadiyah melakukan operasi penyambungan terhadap jari anaknya, Suparman dan keluarga tetap tidak terima. “Jari tangan anak saya sudah putus. Walau pun sudah dioperasi dan disambung, pasti tidak bisa normal seperti semula. Rumah sakit dan perawat itu harus bertanggung jawab secara hukum," ulasnya.
Terpisah, Direktur AIK dan SDM RS Muhammadiyah Palembang, Mukhsin, menjelaskan kalau kejadian itu sebuah ketidaksengajaan. "Saat melepaskan infus yang macet itu, perawat kita menggunting perban yang sulit dilepas. Akibat kurang teliti, tak sengaja mengenai jari kelingking pasien tersebut hingga terputus,” akunya.
Perawat tersebut langsung melapor ke dokter jaga. Langsung dilakukan operasi penyambungan jari korban. Makan waktu 1,5 jam. “Korban ini menjadi pasien prioritas. Dari kelas III, kita pindahkan ke ruang VIP,” jelas Mukhsin.
Selama 3x24 jam, setiap 15-30 menit sekali, kondisinya dipantau perawat dan dokter jaga. “Kita harap semuanya bisa kembali normal," terangnya. Perawat yang lalai telah diberikan sanksi penonaktifan hingga masalah ini selesai.
Kata Mukhsin, DN sudah jadi perawat di RS Muhammadiyah selama 18 tahun. Belum pernah melakukan kesalahan seperti ini. “Ini murni ketidaksengajaan,” tegasnya.
Baca juga :Jadi Health Tourism, RS Harus Unggul Baca juga : Parkir di Pusat Belanja, Mobil Perawat RS Siloam Hilang
Manajemen RS Muhammadiyah Palembang juga belum bisa memenuhi permintaan keluarga korban yang ingin bertemu perawat tersebut. “Kami melihat situasi masih panas. saya pastikan, bila suasana sudah sedikit mencair, pasti kita pertemukan," imbuhnya.
Mukhsin menambahkan, manajemen RS Muhammadiyah tidak lepas tangan dan akan bertanggung jawab penuh atas kejadian yang tak diinginkan ini. Kapolrestabes Palembang Kombes Pol Mokhammad Ngajib melalui Kasat Reskrim AKBP Haris Dinzah menyatakan, memang ada laporan terkait dugaan kelalaian saat penanganan pasien di RS Muhammadiyah Palembang.
Penyidik sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengambil keterangan dari saksi serta pihak rumah sakit. "Kita berharap semua pihak bisa menghormati proses hukum yang berjalan dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak berwajib," tandasnya. (afi)