Sempat Pesimis dari Awal,  Kirim Video di Menit Terakhir

*Mengenal Abi Quhafah, Kontestan MTQ asal Sumsel Melaju Tingkat Internasional

Menjadi 100 kontestan terbaik mengikuti Katara Prize ke-6 secara luring di Katara Cultural Village Doha Qatar tak disangka oleh Abi Quhafah. Lantaran saat ikut ajang seleksi MTQ internasional itu dia kurang fit. Seperti apa ceritanya?

Khoirunnisak - SUMSEL

Rasanya masih seperti mimpi. Hal itulah yang terucap dari bibir Abi Quhafah (22) bin H Sadullah Harist saat wartawan ini berkunjung  ke rumahnya di kompleks Pondok Pesantren Sabilillah Kedaton Kecamatan Kayuagung, Kabupaten OKI, Provinsi Sumsel, kemarin. Pria yang baru seminggu lalu diwisuda dari Kampus Universitas Islam Indonesia Jogjakarta ini menceritakan sempat pesimis karena saat mengirim video untuk  ikut seleksi dalam kondisi kurang fit.

"Saya kirim 2 video berdurasi 6 menit dengan surah berbeda. Itu 30 November hari terakhir pengiriman video lewat telegram," kenang putra Pengasuh Ponpes Sabilillah, Ustaz H Saadullah Alharist ini. Saat itu ia sempat berucap mengirim video hanya sebagai formalitas karena event Katara Prize for Quran Recitation 6th itu diikuti 1.700 peserta dari seluruh  dunia dan dipilih 100 peserta terbaik.

Setelah mengirim video, dia kemudian fokus mengerjakan skripsi karena pengumuman Katara Prize for Quran Recitation 6th itu baru dilakukan 10 Januari lalu.

Sehari jelang pengumuman dia bahkan diingatkan temannya untuk melihat pengumuman seleksi via online. Tapi anak ketiga dari delapan bersaudara ini sama sekali tidak melihatnya.

Baca juga : KABAR DUKA! Penyelamat Sriwijaya FC dari Jurang Degradasi Meninggal Dunia Baca juga : Helikopter Gubernur Pikat Siswa SMAN 1 di Student Festival

"Saya baru tahu terpilih menjadi peserta nomor 2, masuk 100 peserta terbaik dari teman saya," beber Abi yang sempat menjadi juara 1 MTQ tingkat nasional di Universitas Ahmad Dahlan 2022 dan juara 1 MTQ tingkat nasional di UIN Malik Ibrahim Malang 2022.

Ia pun langsung menghubungi orang tuanya memberitahu kabar gembira tersebut dan mereka senang sekali. Bahkan demi mempersiapkan diri, dia rajin berlatih dengan Mudir Ponpes Al-Ittifaqiah Indralaya (PPI) Kabupaten Ogan Ilir (OI), Drs Kh Mudrik Qori MA. Setiap malam selama 1 jam lebih berlatih variasi lagunya, observasi selera juri yang ada Qatar, dan mempersiapkan mental karena ini pengalaman pertamanya ikut Tilwatil Quran.

Dari Indonesia ada 13 peserta, termasuk dirinya yang akan diberangkatkan. Pada 17-24 Februari mendatang ia akan mengikuti Katara Prize ke 6 secara luring di Katara Cultural Village Doha Qatar, ditayangkan stasiun TV dalam 20 episode. Semua biaya keberangkatan  ditanggung panitia. Meski baginya pernah menjadi salah satu delegasi UII tingkat mahasiswa internasional cabang 30 juz di Al-Qasimia University Uni Emirat Arab tahun 2019, tapi setiap tempat itu pasti memiliki pengalaman berbeda.

Berkat Alquran ia bisa kuliah di UII dengan beasiswa hingga selesai. Kemudian 2 kali berangkat umrah karena menang lomba MTQ. Masih kata Abi, ia mulai menghafal Alquran sejak kelas IV SD karena kedua orangtuanya memang mengarahkan semua anaknya menjadi penghafal Alquran.

Abi pun mengikut jejak kedua kakaknya yang lebih dulu menjadi hafiz dan hafidzah. "Kami kan tinggal di lingkungan ponpes, jadi mendengarkan orang membaca dan menghafal  Alquran sudah biasa," ungkap pria yang bercita-cita ingin menjadi polisi itu. Meski sudah menjadi hafiz 30 juz ia tetap menjaga hafalannya dengan rutin mengulang hafalan 3 juz sehari. Ini agar hafalan tidak lupa, semoga terpilihnya dia menjadi peserta terbaik di ajang tersebut dapat memotivasi santri lainnya mengikuti jejaknya. Bahkan ia bertekad akan memajukan Yayasan Islam Tilawatil Quran yang ada di ponpesnya. (*/fad/)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan