Tangan ‘Jahil’ Warnai Debat Capresma-Cawapresma UIN, Nyasar ke Dada MC, KPU-M Merasa Tercoreng

KISRUH: Acara debat rangkaian Pemira capresma-cawapresma UIN Raden Fatah, Senin (11/12) diwarnai kisruh.-Foto: Ist-

Padahal, tahapan demi tahapan telah dijalani dengan profesional. Mulai dari penerimaan, tes wawancara, seleksi berkas bakal calon hingga akhirnya mencapai tahapan debat.

“Lewat debat, inginnya akan terlihat capresma dan cawapresma UIN Rafa yang benar-benar  siap untuk memimpin. Tapi tak disangka dirusak dengan kejadian itu," urai Imam. 

Diakuinya, proses Pemira ini agak terhambat karena anggaran yang tidak mencukupi. "Sehingga kami  harus menghitung dan merincikan lagi anggaran yang ada dengan seminimal mungkin."

"Jalur koordinasi  dengan pimpinan juga sedikit terkendala karena sedang dinas luar. Tapi kami komunikasi melalui chat dan telepon,” jelasnya. 

Dengan semua upaya yang telah dilakukan. KPU-M UIN Rafa sangat menyayangkan karena kegiatan debat harus dihentikan sebelum selesai. “Ulah salah Stu oknum itu telah membuat citra kita menjadi tercoreng," cetusnya. 

Untuk kelanjutan proses Pemira, pihaknya akan melakukan evaluasi. "Kejadian kemarin akan kami evaluasi, koordinasi rektorat dan tindak tegas terhadap oknum yang melakukan hal yang tak terpuji itu," tegasnya. 

Mengenai salah satu kandidat yang juga viral karena dugaan terjerat judi online, Imam menegaskan kejadian itu sudah lama.

"Kalau tidak salah setelah Lebaran, tapi sudah diproses penegak hukum. Lagian itu persoalan pribadi dan tidak merugikan orang lain."

"Mungkin ada oknum yang ingin menjatuhkan pasangan capresma-cawapresma sehingga memviralkan tentang itu," tandasnya. 

Kisruh pada acara debat itu menuai beragam komentar dari netizen. Salah satunya akun kukuhaliman. Ia menuliskan panjang lebar pada salah satu akun Instagram.

“Saya sebagai alumni UIN Rafah melihat betul sejak tahun 2017 hingga saya lulus tahun 2023 setiap orma UIN Rafah sering sekali berbenturan ketika pemilihan presma."

"Padahal notabenya di sana seorang yang terdidik, agamis serta intelektual yang beradab. Tapi nyatanya masih ada oknum, baik itu mahasiswa sendiri atau orang luar yang menduduki proses pengembangan diri bagi calon-calon pemimpin bangsa ini,” tulisnya.

Melihat hal itu, dia merasa prihatin. “Seharusnya kegiatan seperti ini bisa memberikan contoh dan pembelajaran bagi pembaruan etika berpolitik di Tanah Air. Tapi malah mengikuti politik praktis yang saat ini belum dewasa."

"Kalau politik kampus seperti ini terus, siapa yang akan mengubah. Padahal ketika di luar publik yang sering berbenturan dalam politik adalah kalangan non-intelek atau terpelajar,” tuturnya.(nni/*/) 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan