Begini Cara Mendidik Anak Usia Remaja

--

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Mendidik anak bukan hal yang mudah. Butuh kesabaran dan memahami sang anak. Jangan sampai membuat sang anak  tertekan.  
Sepekan terakhir media sosial dihebohkan dengan aksi anak sekolah dasar yang kabur dari rumah.

Anak yang terbilang masih butuh perhatian ini bisa kabur dari rumah tentunya dipicu dengan berbagai persoalan. Devi Delia, M. Psi, psikolog anak Rumah Sakit (RS) Charitas Palembang mengatakan, anak yang kabur dari rumah bila dilihat dari segi usia yakni 9-12 sudah masuk usia remaja.

BACA JUGA:Usia Remaja Kok Jompo? Ini Penyebab dan Solusinya, Simak Ya

Dijelaskannya terkait penyebab kaburnya anak dari rumah cakupan pembahasannya sangat luas. "Di luar bisa jadi ada faktor dari kepribadian si anak, kita tidak pernah tahu maksudnya mungkin anak ada gangguan kepribadian atau masalah lainnya," ujarnya.

Namun kata Devi, secara umum ada faktor penyebab lain kenapa si anak berani kabur dari rumah. "Ada perasaan pastinya di sana, rasa marah, rasa kecewa, bingung semuanya berkecamuk jadi satu," katanya.

Dikatakan,  sebenarnya usia remaja yang paling mereka butuhkan adalah dukungan. "Kadang mereka merasa asing di rumah sendiri.  Si anak merasa orang-orang yang sebenarnya di keluarga tetapi tidak bisa memahami dirinya.

Dia berpikir kok seperti saya tidak bisa mendapatkan dukungan itu jadi mungkin ada kritikan, ada tuntutan, kemarahan dan lain sebagainya," katanya.
Melihat suasana di rumah yang sedemikian rupa membuat sikap mereka jadi overwarm. "Ya udah ini bukan tempat yang tepat untuk saya karenanya akhirnya mereka kabur," ujarnya.

Sebagai orang tua, lanjutnya,  sebenarnya sudah mengetahui faktor penyebab mengapa anak memutuskan kabur dari rumah. "Maka orang tua boleh menanyakan pada si anak yang sudah kembali ke rumah apa akar permasalahannya sehingga dia kabur dari rumah,'' ujarnya.

Perlu diketahui, ada apa, kenapa anak kabur. ''Kalau misalnya ada anak yang bilang bahwa setop perlakukan  seperti anak kecil. Mungkin ada tuh kadang remaja merasa tubuh mereka yang remaja mereka ingin dianggap sebagai sosok yang dewasa," ujarnya.

Dikatakan, sikap orang tua terhadap anak-anak mereka seperti banyaknya aturan dan larangan membuat anak merasa aturan itu terlalu berlebihan."Hal seperti harus kembali lagi sebaiknya didiskusikan paling penting adalah dengan anak yang mernginjak usia remaja itu setop menjudge, ibaratnya mereka tidak butuh itu semua.

Mereka tidak butuh dinasihati layaknya seperti anak kecil. Itu hanya membuat mereka semakin jauh," ujarnya.Untuk itulah, orang tua harus mengayomi dan pandai-pandai mendekatkan diri kepada anak.

Tapi itu bukan artinya untuk mengalah tapi lebih kepada mensejajarkan orang tua dan anak. "Bukan menempatkan diri kita di atas ataupun sebaliknya di bawah tapi sejajar kita komunikasikan. Oke kalau memang kamu merasa kamu diperlakukan seperti anak kecil, boleh nggak kasih tahu mama apa sih yang bisa mama perbaiki yang memang menurut kamu, perilaku apa sih yang membuat kamu diperlakukan seperti anak kecil, boleh tahu apa sih yang spesifiknya," katanya.

Dikatakan, komunikasi-komunikasi seperti itu yang diperlukan dengan kondisi pastinya dengan kepala dingin. " Jadi bukan sama-sama lagi emosi terus kayak nantang akhirnya anak memilih pergi dari rumah. Sekali mereka pergi dari rumah kitanya yang kebingungan," katanya.


Menurutnya, ada hal-hal penting bagi orang tua dalam menghadapi situasi ini adalah dengan mengenal lingkungan si anak. Mengenal tempat-tempat yang mungkin akan dikunjungi anak saat dia kabur dari rumah.
" Apakah mungkin ada anak yang hanya sekadar ya, bisa dibilang bentuk kekecewaan terhadap keluarga orang tua akhirnya dia ingin mencari tempat yang memang dia rasa nyaman. Yang memang bisa menerima dia, syukur kalau tempat itu adalah tempat teman-teman yang memang bisa kita percaya," ujarnya.

Namun lanjut dia, seringkali anak pergi ke tempat-tempat yang justru bisa mengancam bagi dirinya sendiri." Jangan sampai itu terjadi, jadi artinya alangkah baiknya kita memang mengenal lingkungan si anak. Kita tahu tempat-tempat yang mungkin dia bisa datangin yang memang pada saat situasi terjadi kita bisa menghubungi orang-orang tersebut," ucapnya lagi.

Dikatakan,  jika dia pergi ke rumah temannya, tentunya bisa  dipastikan ini tempat yang aman.  "Kita sesama orang tua minta tolong, orang tua temannya tolong ya dibantu dijaga biasanya anaknya setelah lewat masa ngambeknya, setelah berpikir tenang mungkin 2-3 hari kembali," katanya.

Dia pun mengingatkan, orang tua agar menyambut kedatangan anaknya bukan dengan omelan, kemarahan atau cacian sebab hanya akan membuat anak semakin jauh. "Jadi ingat tadi komunikasi kita terima perasaan dia kita coba pahami posisi dia, perasaan pikiran dia kita coba tempatkan diri kita di posisinya si anak,"ucapnya.

Tanda anak-anak memiliki masalah ini sepenuhnya kembali kepada setiap anak sebab dari orang tua sudah mengenal sifat-sifat anak. "Kita tahu anak kita tipe yang seperti apa, makanya kalau misalnya memang dari awal kita sudah bisa membentuk hubungan yang baik dengan anak," ujarnya.

Memang mengomunikasikan setiap anak melakukan kesalahan bukan dengan kemarahan, bukan dengan cacian. "Jika anak disidang hanya akan membuat anak menghindari itu semua pada akhirnya anak tidak mau terbuka itu something happen with them," katanya.

Lebih jauh dijelaskan, semua permasalahan antara anak dan orang tuanya bisa diselesaikan dengan baik bila komunikasi antara orang tua dan anak sudah dijalin sejak dini. "Apa pun yang anak lakukan di lingkungannya, kedua orangtuanya tetap akan mendukung apa yang ia telah lakukan," katanya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan