Cholid Wolbachia
--
Berarti Pak Lurah dari Bontang ini juga hebat –tanpa nasihat. Sampai kirim tim sampah belajar ke Magetan. Orang yang sudah hebat jangan diberi nasihat. Yang penting: jangan diganggu. Jangan banyak dipersoalkan.
Ternyata Pak Cholid adalah sarjana kesehatan masyarakat. Lulusan Unair pula. Maka perhatiannya pada kebersihan sangat tinggi. Bahwa bahasa Jawanya mlipis, ternyata ia lahir di dekat prapatan Sleko, Madiun.
Pak Lurah Cholid kini juga sibuk menyiapkan rakyatnya untuk program lainnya: penerapan teknologi Wolbachia di Telihan.
''Gara-gara ada video viral yang mengkhawatirkan program itu, saya repot lagi. Harus kembali menjelas-jelaskan ke masyarakat,'' ujarnya.
''Apakah gara-gara video itu ada penduduk yang mundur dari program?'' tanya saya.
''Tidak ada. Hanya kami dapat tambahan pekerjaan yang tidak perlu,'' kata Cholid.
Masyarakat di Telihan, katanya, lebih takut bahaya demam berdarah. Bontang termasuk yang kasus demam berdarahnya tinggi. Maka Bontang terpilih untuk menerapkan pemberantasan demam berdarah lewat penyebaran nyamuk Wolbachia (lihat Disway: Tahija Wolbachia)
Telihan bukan desa pertama yang akan menjalankan program itu. Seluruh kelurahan di kecamatan Bontang Utara sudah memulainya dua bulan lalu. Berarti sudah enam minggu. Kurang enam minggu lagi.
''Bulan depan mulai di kelurahan kami. Ember-ember sudah datang. Tinggal membagikan,'' kata Cholid.
Sarjana kesehatan masyarakat kelihatannya cocok menjabat lurah. Kita lihat dua tahun lagi seberapa maju Telihan.
Kemarin saya hubungi lagi Pak Lurah Cholid.
''Jam berapa tadi malam sampai Magetan?''.
''Jam 12 malam,'' jawabnya. Berarti 16 jam perjalanan mereka: untuk belajar membakar sampah.
Saya pun menghubungi Pak Sigit Supriono di Taji, Karas, Magetan. Saya ingin tahu seberapa hebat teknologi pembakaran sampah buatannya. Sampai begitu terkenalnya.
Hampir satu jam saya ngobrol dengan Pak Sigit. Saking menariknya.