Tarif Air PDAM Picu Inflasi Sumsel, Oktober Inflasi 0,31 Persen

MANDI : Seorang anak mandi menggunakan air PDAM Tirta Musi. Kenaikan tarif air per Oktober 2023 cukup memicu inflasi yang terjadi di Provinsi Sumsel.-Foto : Alfery Ibrohim/Sumatera Ekspres-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID  - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel mencatat penyumbang inflasi tertinggi di Sumsel bukan berasal dari pangan. Melainkan kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyumbang tertinggi pada periode Oktober 2023. Hal tersebut lantaran pada kelompok ini terjadi penyesuaian tarif, khususnya untuk air.

Hal tersebut diungkapkan Statistisi Ahli Madya Statistik Distribusi BPS Sumsel, Intan Yudistri Pebrina. "Pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga mengalami perubahan harga sebesar 1,81 persen sehingga andil inflasi Sumsel sebesar 0,31 secara month to month (mtm). Ini menjadi komoditas utama yang memberikan sumbangan terbesar dalam andil inflasi kelompok tersebut, yakni tarif air minum PDAM yang mengalami perubahan harga secara mtm sebesar 14,2 persen dengan andil 0,294," katanya.

Intan menerangkan terdapat beberapa catatan peristiwa bulan Oktober 2023 yang berpengaruh pada inflasi Sumsel. Beberapa di antaranya perubahan tarif PDAM berdasarkan pada Keputusan Walikota Palembang Nomor 303/KPTS/V/2023. "Tarif air minum PDAM Tirta Musi Palembang untuk kelompok pelanggan I, II, III, dan IV mengalami perubahan dan mulai diterapkan untuk tagihan rekening yang terbit pada Oktober 2023," jelasnya.

Selain itu, sambung dia, komoditas menyumbangkan inflasi secara mtm di antaranya cabai merah dengan andil 0,065, beras 0,051, daging ayam ras memberi andil 0,028, dan bensin 0,026. "Beras tetap penyumbang inflasi tetapi tidak besar," katanya. Kemudian, gabungan dua kota IHK (Palembang dan Lubuklinggau), Sumsel secara mtm pada bulan Oktober 2023 mengalami inflasi sebesar 0,50 persen atau lebih tinggi dibanding September 2023 yang sebesar 0,37 persen.

Kondisi itu juga diikuti tingkat inflasi secara year on year (YoY) yang tercatat sebesar 2,90 persen atau lebih tinggi dari inflasi nasional 2,56 persen. "Secara yoy andil terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,95 dan perubahan harga sebesar 6,45 persen," sambungnya.

Pj Wali Kota Palembang, Drs H Ratu Dewa MSi mengatakan secara umum kondisi inflasi Kota Palembang masih cenderung stabil. "Penyesuaian tarif Perumda Tirta Musi terhadap inflasi masih terbilang normal di 2,94 persen," terangnya, Jumat (3/11). Inflasi terjadi pun sebenarnya banyak faktor, karena itu pengendalian inflasi sebenarnya dapat dilakukan salah satunya melalui upaya menjaga ketahanan pangan. 

"Saya sudah instruksikan ke seluruh kecamatan dan  kelurahan untuk mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah menanam bahan kebutuhan pokok, seperti cabai," sampainya. Kemudian dari Dinas Perdagangan juga diminta terus rutin ke pasar - pasar memantau pergerakan harga ini. 

"Harus pro aktif memantau semua bahan pokok, saya juga ikut turun langsung memantau," sebutnya. Dalam pengendalian inflasi Pemkot Palembang bersama pihak terkait seperti Bulog sudah melaksanakan operasi pasar ke kecamatan-kecamatan. "Ini kita lakukan agar stabilitas harga terjadi, utamanya untuk bahan pokok beras dan cabai," tukasnya. (tin/yun/fad/)

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan