BAHAYA! Kain Tenun Gebeng Kini Nyaris Punah, Pengrajin Ungkap Hal Mengejutkan Ini

KAIN GEBENG: Kain gebeng ini merupakan salah satu ciri khas kain warga Kecamatan Ogan Ilir, Sumsel--

NDRALAYA, SUMATERAEKSPRES.ID -  Sentra kerajinan kain gebeng berada di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu kabupaten Ogan Ilir. Kain gebeng banyak dikenal sebagai kain dalam bentuk sarung. Sejak dulu, banyak masyarakat khususnya melayu yang gemar memakai kain gebeng sebagai sarung.

Salah satu pengrajin yang cukup lama menekuni pembuatan kain Gebeng, Zainabun (69) di desa Limbang Jaya. "Kain gebeng ini usaha tradisional yang diwariskan turun-temurun dari orang tua dan kakek-nenek kami," kata Zainabun yang sudah 41 tahun menggeluti usaha kain Gebeng bersama 3 karyawannya.

BACA JUGA:Inovasi Kampung Tenun Songket Suro Perlosa

Pengrajin kain gebeng tidak sebanyak kain songket yang lebih tenar dan dikenal luas. Regenerasi pengrajin kain tradisional ini menjadi suatu kendala. Tidak banyak generasi muda yang berminat menjadi penerus dan belajar untuk menenun kain tradisional ini.

Ada tiga unit alat tenun bukan mesin (ATBM) miliknya yang mampu menenun hingga 20 lembar kain gebeng dalam sebulan. Selembar kain gebeng dihargai di kisaran Rp 500 ribu keatas. Proses tenun yang masih tradisional membuat kualitasnya lebih baik dan harganya cukup tinggi. Sehingga harus bersaing dengan jenis sarung lain di pasaran.

BACA JUGA:Spesial Lomba Melukis, Pakai Pewarna Arang-Kopi    

'"Kami memakai pewarna alami seperti dari rendaman daun pandan, mengkudu, manggis dan kunyit. Permainan warna ini yang kami kedepankan. Karena mengikuti permintaan konsumen juga," tukasnya.
    

Ada beberapa macam model kain gebeng yang cukup dikenal, diantaranya corak serampang dua belas, pucuk rebung, mato pirik, tujuh motif. Tidak hanya pasar lokal, kain gebeng tersebut juga dipasarkan ke kota Palembang, Jambi, Lampung, Bengkulu dan daerah lainnya di Sumatera.

BACA JUGA:Patenkan Tenun Gebeng, Sulap Kawasan Distinasi

Kain Gebeng Ogan Ilir kini nyaris punah.  Karenanya, kain yang merupakan peninggalan nenek moyang itu harus dilestarikan dan dikembangkan. Salahsatunya melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Bidang Tenun.

entunya dari pelatihan ini diharapkan akan melahirkan wirausaha muda untuk mengembangkan dan melestarikan kain gebeng yang mulai punah.  (dik)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan