https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Memitigasi Efek Eksplorasi Tambang Dengan Proklim

KAIN ECOPRINT : Para perajin yang juga warga KBA Proklim Bukit Agung memamerkan kain ecoprint ramah lingkungan hasil produksi sendiri. Foto : Sutrisno for Sumeks--

SUMSEL – Dua panel PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) atap off grid berkapasitas sekitar 1.000 Wp terpasang di atap kantor Sekretariat PKK Desa Keban Agung, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel). Di sana terlihat dua warga Bukit Agung sedang sibuk melap-nya karena basah pasca hujan semalam, sementara Sutrisno mengecek panel inverter PLTS di dinding rumah.

 

“Pekerjaan membersihkan solar cell ini cukup rutin kami lakukan supaya sel surya (fotovoltaik) bisa menyerap energi matahari secara sempurna,” kata Sutrisno.

 

Dia kemudian menunjukan baterai PLTS tempat menyimpan energi yang diproduksi. “Setelah menyerap cahaya, sel surya akan mengkonversinya menjadi energi listrik dan dialirkan secara otomatis ke panel inverter yang mengubah listrik dari arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC), baru energinya disimpan ke baterai,” lanjutnya lagi.

 


PLTS ATAP : Warga KBA Proklim Bukit Agung membersihkan PLTS yang terpasang di atap Sekretariat PKK Desa Keban Agung. Foto : IST--

 

Menurut Sutrisno, solar cell bantuan PT Astra International, Tbk itu diinstalasi awal November 2022. Sejak saat itu seluruh kegiatan PKK maupun Posyandu Desa Keban Agung menggunakan listrik PLTS rooftop. “Sebelumnya kita menggunakan listrik PLN sistem token. Biasanya sekali isi setiap ada acara, baik untuk kegiatan PKK, Posyandu, atau Kampung Berseri Astra (KBA) sebesar Rp50 ribu, dapatlah pulsa listrik 34 kWh. Namun setelah ada PLTS atap tidak lagi,” ujar Penggerak sekaligus Ketua KBA Proklim Bukit Agung Dusun II RT 03, Desa Keban Agung ini.

 

Karena produksi listrik PLTS cukup berlimpah, mereka lebih banyak gunakan energi surya untuk melistriki barang elektronik. “Tak hanya menghidupkan lampu penerangan di  malam hari, juga produk elektronik seperti speaker, kipas angin blower, charger HP, bahkan pompa air untuk menyedot sumur bor,” tuturnya.

 

PLTS atap ini hanya salah satu manfaat yang diterima Bukit Agung sebagai kampung binaan PT Astra International Tbk dalam program Kampung Berseri Astra. Kata Sutrisno, PLTS atap itu sengaja dipasang di Sekretariat PKK atau Posyandu lantaran banyak kegiatannya melibatkan masyarakat, gedungnya juga berada di Dusun Bukit Agung.

 

“Astra mengajak masyarakat menggunakan listrik hijau atau green energy (PLTS, red), demi mengurangi emisi karbon atau gas rumah kaca (GRK) dari pemakaian energi fosil, guna menjaga bumi tetap lestari,” terang Guru PNS SMP Negeri 2 Tanjung Agung ini.

 

Minimal dengan adanya panel surya, masyarakat kampung bisa mengetahui dan belajar tentang pentingnya transisi energi dari energi fosil ke ramah lingkungan. “Bahkan ke depan kita berharap masyarakat tertarik menggunakan solar cell,” tuturnya.

 

Sesuai visi misinya, pengembangan kampung binaan PT Astra International, Tbk berfokus pada 4 pilar, yakni pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kewirausahaan. “Kami sendiri sejak dulu sudah menjadi kampung Proklim (program kampung iklim) yang banyak melakukan kegiatan lingkungan,” bebernya.

 

Jadi ceritanya, sebelum dinobatkan sebagai KBA tahun 2019, Bukit Agung lebih dulu masuk Proklim tahun 2016. “Waktu itu saya bersama warga menginisiasi pendirian kampung Proklim. Karena begini, desa kami ini berada di kawasan pertambangan batu bara. Namanya banyak eksplorasi tambang, efek polusi udara atau debu sampai juga ke jalan-jalan desa dan permukiman. Belum lagi masalah sampah rumah tangga yang menumpuk,” ujar Sutrisno.

 

Sejauh mata memandang, di ujung ngarai atau perbukitan Desa Keban Agung acapkali terdengar alat berat menderu-deru, mengeruk “emas hitam” dari lubang bumi, truk lalu lalang mengangkut batu bara, meninggalkan debu sampai pelupuk mata pengendara yang melintas di jalan. Sehingga warga Bukit Agung berusaha menangkal polusi dengan menghijaukan dusun, supaya cuaca tidak semakin panas. “Kita harus semangat menghadapi tantangan lingkungan sekitar (area tambang) yang tak dapat diubah. Lewat Proklim, kami punya program mitigasi perubahan iklim dan adaptasi,” sebutnya.

 

Dulu sebenarnya, warga Bukit Agung menghuni kawasan Bukit Munggu, Kelurahan Pasar Tanjung Enim. “Awalnya Bukit Munggu dusun pertama orang tua kami, lalu warga direlokasi ke Desa Keban Agung tahun 1988, karena wilayah itu menjadi lokasi eksplorasi tambang batu bara hingga kini,” ceritanya.

 

Agar kegiatan Proklim berjalan, pihaknya mengajukan bantuan ke PT Pamapersada Nusantara Site Tanjung Enim (Pama MTBU), kontraktor penambang batu bara, anak perusahaan PT United Tractors Tbk, member of Astra Group yang beroperasi di seputar Kecamatan Lawang Kidul.  

 

Kebetulan saat itu PT Pama juga sedang mencari mitra binaan. “Gayung pun bersambut, kami akhirnya dibina PT Pama dari pihak eksternal dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Muara Enim dari Pemerintahan,” bebernya.

 

Untuk melaksanakan program kampung iklim, Sutrisno mengaku warga dusun mendapat banyak sekali bantuan dari member of Astra ini, baik berupa barang maupun pemberdayaan atau pelatihan. Masyarakat diajak untuk bangkit bersama dan terus produktif demi menyongsong kesejahteraan dan kenyamanan (penghijauan) lingkungan.

 

“Ada beberapa kegiatan Proklim yang kita laksanakan, seperti pemanfaatan sampah organik menjadi biogas. Untuk mengolah sampah itu, kita gunakan biodigester bantuan PT Pama,” tuturnya. Biogas sendiri salah satu alternatif sumber energi terbarukan yang mampu menghasilkan api dan dapat digunakan untuk memasak. Untuk sampahnya didapat dari limbah organik rumah tangga yang dikumpulkan Bank Sampah Desa Keban Agung.

 

Pihaknya juga memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk cair, limbah kertas dibuat anyaman, sementara pakaian bekas menjadi pot bunga. “Kami membikin lubang-lubang biopori di setiap rumah warga, minimal 1 rumah 1 lubang biopori yang fungsinya bisa mencegah banjir, tempat pembuangan sampah organik, menyuburkan tanaman, meningkatkan kawasan hijau,” tuturnya.

 

Serta membudidayakan sayuran hidroponik, penanaman bibit pohon di pemukiman warga dan bantaran Sungai Enim. “Dari PT Pama kami mendapat ratusan bibit pohon buah dan penghijauan,” jelasnya.

 

Masyarakat menjadi berdaya karena member of Astra ini ikut memberikan pelatihan cara memproduksi kain ecoprint yang ramah lingkungan sejak Februari 2022. Ada sekitar 15 perajin terlibat dan menghasilkan pendapatan baru bagi mereka.

 

“Warga dusun kita mayoritas bekerja di industri atau jadi buruh tambang. Beberapa ibu-ibu menambah penghasilan dengan memproduksi kain ecoprint. Modalnya diambil dari kas Proklim, karena PT Pama juga rutin membantu dana Rp1 juta setiap bulan untuk kegiatannya,” terangnya.

 

Dalam produksinya, perajin menempelkan daun-daun untuk motif kain, seperti daun lanang, jati, ketepeng, jarak. “Betul-betul menggunakan bahan dan pewarna alami. Tak  heran kain ecoprint dihargai mahal Rp350 ribu per lembar. Produknya sering kami bawa saat bazar, bahkan kami sempat diajak pameran oleh PT Pama ke Jakarta. Respon konsumen sangat antusias, pemesannya begitu banyak,” imbuhnya.

 

Selain itu, pihaknya memproduksi teh kelor kemasan dan sabun cuci piring. “Kami pernah diajak ke Riau mengikuti pelatihan membuat sabun cair. Sekarang kami aplikasikan ke ibu-ibu dan mereka bisa memproduksinya untuk kebutuhan rumah tangga maupun komersil,” paparnya. Bahkan kadang PT Pama sendiri yang memesan teh kelor dan sabun cair untuk souvenir perusahaan.

 

Berkat pembinaan Astra Group dan berbagai inovasi warga dusun, Bukit Agung akhirnya meraih predikat Proklim Utama tahun 2018 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). “Semua inovasi kami jadi instrumen penilaian Proklim Utama. Kami sangat bersyukur karena Astra telah banyak memberi bantuan dan mendorong masyarakat lebih berdaya,” sebutnya.

 

Selanjutnya, tahun 2019 Bukit Agung mengikuti lomba KBA yang diadakan PT Astra International, Tbk. “Bukit Agung pun muncul sebagai salah satu juara dan akhirnya resmi dinobatkan sebagai kampung binaan Astra. Makanya nama kampung kita sekarang KBA Proklim Bukit Agung,” imbuhnya.

 

Selain dibina PT Pama sebagai anak perusahaan, juga langsung dibina induk perusahaannya. Dari PT Astra International Tbk, pihaknya mendapat bantuan pengembangan KBA, mulai dari PLTS rooftop, paket sembako untuk warga tidak mampu, penggiat lingkungan, dan lainnya. “Astra sangat mendukung KBA KBA-nya di berbagai bidang. Program apapun yang kami giatkan, terutama menghijaukan lingkungan dan memberdayakan masyarakat,” tandasnya.

 

Semangat menghijaukan bumi akhirnya menular ke seluruh masyarakat desa. Setelah Dusun Bukit Agung meraih Proklim Utama, kini tekad Desa Keban Agung mencapai predikat yang sama. “Tahun ini kita sudah mendapat predikat Proklim Pratama tingkat desa dari KLHK, kalau Bukit Agung itu kan baru tingkat dusun. Selanjutnya target kita menuju Proklim Lestari,” ujar Kepala Desa Keban Agung, Fajrol Bahri.

 

Seperti KBA Proklim Bukit Agung, maka program yang sama juga direfleksikan ke semua dusun yang ada di Desa Keban Agung, melibatkan seluruh penduduk yang kini berjumlah 1.662 jiwa dengan 423 KK. “Situasi ini cukup genting mengingat desa kita ini dikelilingi pertambangan batu bara. Se-Lawang Kidul mungkin lahan yang dieksplorasi telah mencapai ribuan hektar,” terangnya lagi.  

 

Ini cukup wajar, karena industri tambang batu bara saja sudah berdiri di sini sejak tahun 1919, dari zaman kolonial Belanda. Makanya beberapa warga dusun Desa Keban Agung merupakan pindahan (relokasi) dari wilayah yang kini menjadi area tambang, seperti warga Dusun Bukit Agung, Bara Lestari 1, dan Bara Lestari 2.

 

“Otomatis pencemaran udara dari debu batu bara tak bisa dihindari. Sebagai upaya mitigasi polusi dan perubahan iklim, serta menjaga lingkungan tetap lestari, kegiatan Proklim harus dimasifkan ke semua lingkungan desa,” papar Fajrol.

 

Program penghijauan dan green energy akan menyerap polusi dan mengurangi emisi karbon atau GRK, sehingga Pemerintah Desa terus mengajak masyarakat sadar lingkungan, menanam pohon di lingkungan rumah, menjaga kebersihan, mengolah sampah. Pihaknya juga telah me-reklamasi lubang bekas tambang seluas 4 hektar lewat penanaman bibit pohon kembali.

 

“Peran aktif perusahaan PT Astra International, Tbk sangat kita perlukan, layaknya membina KBA Proklim Bukit Agung. Apalagi selama ini Astra tak sekedar memberi tanaman atau sembako ke warga kita, juga memberdayakan hingga masyarakat mandiri,” pungkasnya. (fad)

 

Tag
Share