https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Puso hingga Gagal Tanam Mengancam

*Tunggu Air, Petani Tidur di Galangan Sawah

SUMATERAEKSPRES.ID - Hujan yang tak kunjung turun tak hanya berdampak pada ketersediaan air bersih. Tapi juga tanaman padi. Sawah-sawah mulai kekeringan. Puso dan gagal tanam mengancam.

Dalam kondisi tanpa hujan yang sudah cukup lama, banyak lahan pertanian, khususnya areal persawahan yang kering. Tanah retak, padi yang belum berbulir kering.

Di Lahat, padi yang sudah terlanjur ditanam sebulan yang lalu mengalami puso. Lantaran lahan mengering dan air tak lagi mengalir. Informasinya, dari tiga desa data sementara ada sekitar 150 hektare lebih lahan sawah yang kering.

Seperti di Desa Tanjung Kurung Ulu. Terdata sementara sekitar 96 hektare lahan sawah kekeringan. Lalu, ada sekitar  60 hektare padi bakal mati akibat kekeringan. "Sebelumnya beberapa lahan sawah yang siap panen kita upayakan percepatan panen. Namun ada juga yang memang belum bisa dipanen dan padinya terancan mati," ungkapnya.

Senada disampaikan Kades Tanjung Kurung Ulu, Efriza.  Ancaman kekeringan sawah terjadi dampak kemarau panjang. "Ya ada sekitar 90 hektare lebih sawah mengalami kekeringan," ungkal Efriza.

Sementara petani Desa Tanjung Baru, Kecamatan Tanjung Tebat Lahat, Jalaludin mengungkapkan, data sementara di desanya sekitar 10 hektare kekeringan, bahkan  terancam puso. "Sekitar 1 bulan ditanam. Sekarang kondisi sawah kering. Lebih karena faktor cuaca, air sungai sudah surut jadi tidak masuk ke irigasi lagi," tambahnya.

Kades Jati Kecamatan Pulau Pinang Kabupaten Lahat, Hadi Darmawan mengungkapkan, didesanya, data sementara sekitar 60 hektare yang terdampak kekeringan. Lantaran air sungai sudah surut dan lahan kering serta retak. “Sulit ditanam lagi, lahannya benar- benar kering,” ujarnya.

Untuk ketersediaan pangan desa, pada panen terakhir, petani sudah diimbau untuk menyetok beras. "Memang sudah diingatkan ancaman cuaca. Ternyata saat ini mulai dirasakan kekeringan," sampainya.

Untuk langkah mengatasi ancaman kekeringan ini, pihaknya bakal melakukan musyawarah desa. "Kita musyawarahkan dulu untuk mencari solusi dan langkah apa yang akan kita lakukan terkait kondisi kekeringan ini," ungkap Hadi.

Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Peternakan Lahat, Ety Listina SP melalui Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Ahmad Firdaus membenarkan adanya laporan mengenai sawah yang kering dan puso. Saat ini masih laporan lisan, dan pihaknya bakal melakukan pendataan secara tertulis.

Untuk antisipasi kerawanan pangan, Dinas Ketahanan Pangan memiliki stok beras sekitar 14 ton lebih.  Pada anggaran perubahan bakal ditambah. "Adanya stok beras, diharapkan bisa menanggulangi masalah kerawanan pangan," ujarnya.

Dampak kemarau panjang juga dirasakan para petani di Empat Lawang. Meskipun belum ada dampak kekeringan yang ekstrem dan gagal panen, namun petani mulai cemas akan dampak kekeringan.

Anggota DPRD dapil VII DPRD Sumsel, H Juanda Hanafiah dalam rsesnya ke beberapa wilayah di Empat Lawang mendengarkan berbagai persoalan serius. “Salah satunya ancaman gagal panen. Kalau saya boleh katakan, saat ini penderitaan masyarakat itu sangat luar biasa berat,” ungkap Juanda.

Dengan kondisi kemarau panjang sekarang, ditambah buruknya pengelolaan air membuat, warga harus tidur di galangan sawah. Mereka bergantian membagi air yang akan dialirkan ke sawah petani. “Di sepanjang galangan sawah, para petani menggelar tikar, sembari membagi air," ungkapnya.

Menurutnya, masalah ini jangan dianggap sepele. Karena kekurangan air tidak hanya membuat petani gagal panen. Tapi mengancam terjadinya krisis pangan.

“Kita berharap pemkab, pemprov bahkan pemerintah pusat bisa memperhatikan persoalan para petani dalam kondisi saat ini. Lalu solusi jangka panjangnya," kata Juanda.

Salah satu solusi yang paling mungkin dilakukan membuat sumur bor dalam jumlah yang cukup banyak. “Air dari sumur bor inilah yang digunakan untuk mengairi sawah-sawah petani, sehingga bisa terus tanam padi,” ujarnya.

Ia berharap masalah ini tak hanya sekedar angin lalu.Akan luas biasa dampaknya jika gagal panen dalam jumlah banyak. “Gula atau minyak goreng langka, masyarakat masih tetap bisa makan. Tapi kalau beras yang langka, maka pasti menderita,’ ujarnya.

Terpisah Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Holtikultura OKI, Ir Sahrul MSi mengatakan, di musim kemarau kali ini tak sedikit petani yang mengalami gagal tanam. Karena hingga saat ini mereka belum melakukan penanaman.

Dikatakan,  jadwal tanamnya Oktober ini dan sekarang persiapan lahan , tapi kondisi tersebut membuat jadwal tanam mundur menunggu hujan datang. “Di beberapa desa masih ada yang panen," imbuhnya.

Sahrul juga mengatakan, pihaknya masih mengusulkan bantuan benih ke pusat untuk membantu petani yang terpaksa tidak melakukan tanam karena kemarau panjang tersebut. “Kita tetap mengusulkan bantuan benih untuk petani,” pungkasnya. (gti/uni/eno)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan