https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mulai PHK Karyawan dan Rumahkan Sementara

*Dampak Terus Melemahnya Harga Batu Bara *Perusahaan Tahan Penjualan, Terancam Swabakar

SUMSEL - Harga batu bara, lagi galau. Terkoreksi melemah tiga hari beruntun. Meski masih bertahan di atas level psikologis US$160 per ton. Sentimen pelemahan ini datang dari tingginya produksi batu bara China, India, yang memperoleh pasokan Rusia. Serta Eropa yang beralih ke energi baru terbarukan (EBT). Pada perdagangan Rabu (27/9), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Oktober ditutup di posisi US$161,50 per ton. Kamis (28/9), turun lagi pada posisi US$161,25 per ton. Bahkan Jumat (29/9), kembali melemah ditutup pada posisi  US$156,35 per ton untuk kontrak Oktober. Pelemahan ini menjadikan kinerja positif si pasir hitam sepanjang September 2023, menipis. Hanya menguat 1,74 persen dibandingkan Agustus 2023, yang mampu melesat 12,49 persen atau terbesar sepanjang tahun. Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) sebagai salah satu lumbung batu bara di Indonesia, turut merasakan dampaknya. BACA JUGA : PT Bukit Asam (PTBA) Berperan Aktif dalam Mendorong Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Baik itu pelaku pertambangan batu bara di Kabupaten Muara Enim, Lahat, Musi Rawas Utara (Muratara), Musi Banyuasin (Muba), dan Banyuasin. Salah satunya PT Tri Mandiri Perkasa (TMP), perusahaan tambang batu bara di Lahat. Kepala Cabang PT TMP, Andi Hermono, mengaku perusahaannya saat ini mengurangi penjualan. Bahkan masih ada sekitar 30 ribu ton di pelabuhan, yang terjual.
 "Karena kalau dijual, cost produksinya tinggi. Saat ini untuk kalori 3.900-4.200 kkl/kg GAR, harga batu bara acuan sekitar 54 dolar per ton (US$54 per ton)," sebut Andi, kepada Sumatera Ekspres, Sabtu (30/9).
Agar operasional perusahaan tetap berjalan, mereka lebih menekankan aktivitas. Tidak sampai melakukan pengurangan karyawan. BACA JUGA : Perjuangkan Nasib Pekerja Tambang “Misalnya bila selama ini melakukan hauling per hari semaksimal mungkin, saat ini hanya kami batasi hauling 500 ton per hari,” katanya. Houling atau proses pengangkutan tetap dilaksanakan, walau tidak melakukan penjualan. Menurutnya, untuk persiapan bila musim hujan tiba. Sementara ini kalau tetap produksi maksimal namun tidak dijual, ancamannya swabakar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan