Jadi Wisata Edukasi, Ajari Generasi Muda Melukis
*Melihat Lebih Dekat Kampung Gerabah, Jawara Lomba Kampung Kreatif 2023
SUMATERAEKSPRES.ID - Banyak kampung kreatif di Kota Palembang yang menyimpan potensi dan kreativitas, hingga mendukung perekonomian masyarakat.
Salah satunya Kampung Gerabah Maju Bersama di Kecamatan Kalidoni. Kampung ini menjadi pemenang 1 Lomba Kampung Kreatif 2023 yang digelar Dinas Pariwisata Kota Palembang.
Ibnu Holdun - PALEMBANG
MEMPERJUANGKAN Kampung Gerabah agar tetap mempertahankan tradisi sebagai kampung keramik tidaklah mudah. Putar otak dan peras keringat dilakukan Camat Kalidoni, M Rama Cahya Putra SSTP MSi.
Ia memberikan pembinaan kepada generasi muda dengan teknik tersendiri supaya kampung yang berada di Jl Taqwa Mata Merah, Lorong Keramik ini tetap lestari.
Salah satu perajin gerabah, Suwardi mengatakan kampung ini saat ini memiliki 5 tempat perajin gerabah yang masih aktif.
Selain ia sendiri, ada Mardi, Koyok, Agus, dan Tasa, namua semuanya telah memasuki usia di atas 70 tahun. Jika tidak ada generasi penerus dapat dipastikan kerajinan tangan punah dimakan usia.
Sementara keturunan mereka tidak tertarik belajar membuat gerabah. Situasi ini semakin mengkhawatirkan para perajin yang berharap agar generasi muda dapat melanjutkan tradisi dan keahlian mereka.
Karena itu ia senang Camat Kalidoni memberikan perhatian untuk mempertahankan kerajinan gerabah ini, melibatkan para generasi muda.
“Kami juga bersyukur bisa memenangkan Lomba Kampung Kreatif 2023. Dengan begitu kampung kami bisa terangkat namanya dan kian populer,” kata dia.
Dikatakan, perajin memproduksi berbagai produk gerabah, seperti celengan, pot bunga, guci besar, angglok untuk menyan, kendi gantung, dan kendi untuk tembuni. Menurut Suwardi, produk yang paling diminati saat ini celengan dan kendi untuk tembuni bayi yang baru lahir. Harga jual berkisar antara Rp20-50 ribu.
Pemasaran produk gerabah tidak terlalu sulit karena Kampung Gerabah Maju Bersama sering dikunjungi pedagang yang membeli gerabah untuk dijual kembali di pasar. Para perajin gerabah juga dapat menjual produk mereka secara langsung kepada pengunjung yang datang ke kampung tersebut.
Suwardi mengungkapkan dalam sebulan, ia bisa meraih pendapatan sekitar Rp3 juta, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sang istri.
Namun, salah satu tantangan yang dihadapi para pengerajin gerabah adalah kesulitan memperoleh bahan baku.
Mereka harus membeli tanah di Km 12, karena tanah dari daerah itu memiliki kualitas yang bagus dan tidak mudah pecah saat dibentuk menjadi gerabah. Sementara harga satu truk tanah mencapai Rp2 juta.
Bahan baku lainnya adalah kayu bakar, biasanya didapat dari panglong atau menebang pohon dari hutan sekitar Mata Merah.
Proses pembuatan gerabah membutuhkan waktu sekitar 2 minggu sebelum gerabah siap untuk dibakar dan dijual.
Meskipun para perajin gerabah masih terus berupaya mempertahankan tradisi dan keahlian mereka, keberlanjutan profesi ini sangat tergantung minat dan keterlibatan generasi muda.
Tanpa upaya pembinaan dan penerus yang kuat, kemungkinan besar Gerabah Maju Bersama akan kehilangan keindahan dan kekayaan budaya yang telah ada selama ini.
Camat Kalidoni, M Rama Cahya Putra SSTP MSi mengatakan untuk menyelamatkan gerabah dari kepunahan, ia mengajak generasi muda ikut serta melestarikan kerajinan ini.
Namun trik yang digunakan tidak langsung pada pembuatan, melainkan generasi muda diajak melukis di atas gerabah yang sudah dibakar dan siap jual.
“Jadi kita ajak anak-anak, generasi muda yang hobi melukis untuk melukis atau mewarnai di atas gerabah. Hasilnya mereka sangat senang dengan kegiatan seperti ini.
Bagi generasi muda yang kebetulan tinggal di Lorong Keramik, ini tak hanya mengisi kekosongan waktu semata.
Tetapi mereka yang menggambar atau mewarnai mendapatkan imbalan atau uang jajan dari pemilik gerabah,” jelas Rama.
Hal ini membuat Kampung Gerabah kembali hidup. “Ke depan kita berharap adanya wisata anak-anak ke Kampung gerabah. Mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA.
Kedatangan mereka kita harapkan, selain menjadi income bagi perajin gerabah dan masyarakat sekitar, juga ada timbal balik berupa ilmu pembuatan gerabah dari para pengerajin.
Jadi semuanya dapat diuntungkan,” papar Rama.
Ini sejalan dengan apa yang diharapkan Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang, Kgs Sulaiman Amin. Di mana setiap kampung wisata bukan hanya bim salabim semata.
“Tetapi terus berjalan, sehingga dampaknya dapat dirasakan semuanya. Mulai dari wisata juga perekonomian warga meningkat,” pungkasnya. (iol/fad)