Tanaman Padi Subur, Jagung Banyak Mati

*Faktor Kemarau

KAYUAGUNG – Musim kemarau dan sulitnya mendapatkan air untuk menyiram tanaman menjadi penyebab utama dalam kegiatan budidaya tanaman. Inilah yang dialami petugas Kantor Instalasi Penelitian Pengkajian Teknologi Pertanian Pusat Benih Padi Bibit Unggul Balitbangtan Ayam dan Pengkajian Lebak yang berada di Jalan Lintas Timur. Di kantor ini, petugas memanfaatkan lahan kosong untuk menanam tanaman padi dan jagung. Untuk padi yang ditanam jenis Inpari. Saat ini sudah tumbuh subur. Sedangkan tanaman jagung banyak yang mati karena faktor kemarau. ‘’Untuk tanaman padi sudah terlihat tumbuh subur,’’ ujar Yayan Suryana SP, koordinator Instalasi Penelitian Pengkajian Teknologi Pertanian Pusat Benih Padi Bibit Unggul Balitbangtan Ayam dan Pengkajian Lebak. Penanaman yang mereka lakukan ini sebagai uji coba lahan yang ada. Untuk padi sampai saat ini belum ada hama yang mengganggu karena umurnya baru beberapa bulan.
‘’Padi jenis Inpari ternyata sangat cocok ditanam di lahan ini, ke depan kita akan terus lakukan ujicoba kembali jika nanti hasil yang didapat sesuai harapan,’’ ujarnya.
Soal tanaman jagung, lanjutnya, banyak yang mati karena kurang air. Di lokasi uji coba memang susah air. Mata air yang ada tak terlalu banyak. ‘’Padahal jika musim penghujan lahan yang menjadi mata air ini tenggelam ditumbuhi semak belukar,’’ katanya. Selama ini cara kerja di kantor tersebut menyediakan benih padi misalnya padi yang berasal dari Balai Besar Padi. Benih induknya dikembangkan, lalu dijual dengan petani penangkar untuk ditanam menjadi benih lagi. ‘’Jadi bukan untuk di konsumsi mereka menjual benih lagi.Tahun ini dapat penyediaan benih dan tiap bulan pasti ada yang datang membeli,’’ katanya. Varietas Inpari seperti di irigasi Belitang 32, 22 tapi kalau di Lempuing seperti sistem tadah hujan itu inpari 22, 32. ‘’Dianjurkan padi gogo karena tahan kering dan bandel. Tapi semuanya kita serahkan semuanya ke petani,’’ katanya. Yayan juga menyebutkan, biasanya padi dijual bervariasi tergantung label. Ada yang harganya Rp7.500 per kg. Kalau dibuat benih lagi label ungu Rp6.500 per kg. ‘’Untuk petani kita berikan penjelasan dulu tapi kalau petani yang sudah biasa tidak lagi kita beri penjelasan, karena mereka sudah paham,’’ katanya. (uni)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan