Persaingan Internal
SUMATERAEKSPRES.ID - Tak bisa dipungkuri, caleg petahana, yang saat ini masih duduk di Senayan punya keunggulan dari yang baru akan bertarung dalam Pileg 2024.
Salah satunya sudah punya jaringan luas sejak menjabat. Namun hal itu tidak jadi jaminan.
“Kans caleg baru dengan petahana sama. Kegigihan caleg dalam mempromosikan dirinya menjadi sangat penting,” ujar Dekan Fakultas Hukum Unsri yang juga pengamat politik, Dr Febrian SH MS, kemarin.
Apalagi, sejumlah nama pendatang baru menunjukkan elektabilitas yang tidak main-main untuk bisa melenggang ke Senayan.
“Hasil akhir kembali kepada konstituen sendiri sebagai pemilik suara,” imbuhnya.
Untuk keterpilihan dalam Pileg, Febrian menegaskankan setidaknya para caleg harus punya empat barometer. Pertama, figur dan ketokohan. Kedua, partai politik.
Ketiga, jaringan atau fanatisme pemilih. Terakhir, portofolio atau rekam jejak caleg tersebut dalam merealisasikan janji politik.
"Nah, caleg petahana unggul punya jaringan yang lebih luas.
Itu sedikit keunggulannya,” imbuh dia.
Tapi tidak boleh dilupakan. Beberapa nama yang maju sendiri mempunyai peluang tak kalah signifikan bila dibandingkan petahana.
Bahkan mereka diprediksi akan menjegal atau berpeluang menggantikan caleg petahana di DPR RI. BACA JUGA : Kejati Sumsel Raih Apresiasi Komisi III DPR RI atas Kinerja Unggul dalam Penegakan Hukum
Febrian mencontohkan, persaingan di internal Partai Golkar. Antara Kahar Muzakir dengan RA Anita Noeringhati. Mereka pada dapil yang sama, Sumsel 1.
Dengan ketokohan yang sama kuat. “Tentunya memiliki peluang yang sama,” imbuhnya.
Lalu, Eddy Santana Putra. Yang memiliki pendukung cukup signifikan kuat karena sampai saat ini dianggap sukses membawa perubahan Palembang ketika menjabat wali kota Palembang.
Dari sisi kepartaian, Febrian menilai tidak ada satu partai pun yang mendominasi di Sumsel. Baik itu Golkar dan PDI Perjuangan sebagai partai konservatif. BACA JUGA : Kejati Sumsel Raih Apresiasi Komisi III DPR RI atas Kinerja Unggul dalam Penegakan Hukum
Juga Gerindra, PKB dan partai lain. Memiliki peluang yang sama. “Yang penting, bagaimana mesin partai bergerak dinamis di tengah masyarakat,” tambahnya.