https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Puyang Harimau Tukung, Cikal Bakal Berdirinya Desa Kasah

MAKAM: Lokasi makam Puyang Harimau Tukung cukup jauh dari pemukiman warga, kira-kira sekitar 500 meter dari jalan desa. Melewati kebun karet dan pepohonan besar. -foto: andika/sumeks-

MEMILIKI kelebihan tentunya akan membawa pengaruh yang kuat di masyarakat. Hingga dikenal sebagai tokoh terpandang dan punya sejarah yang panjang di suatu wilayah. Salah satunya sejarah leluhur di Desa Kasah, Kecamatan Muara Kuang, Ogan Ilir.
Di sini, terdapat makam suatu tokoh yang dikenal sebagai Puyang Harimau Tukung. Benu, keluarga keturunan dari Puyang Harimau Tukung menjelaskan hingga kini masih banyak orang datang ke makam Puyang Harimau Tukung. Bukan hanya dari masyarakat Desa Kasah, tapi juga dari luar. Ada yang bertujuan untuk berziarah maupun wisata religi. Bahkan masih ada yang coba mencari petunjuk dalam menentukan pilihan.

Lokasi makam Puyang Harimau Tukung cukup jauh dari pemukiman warga. Kira-kira sekitar 500 meter dari jalan desa. Melewati kebun karet dan pepohonan besar. Menambah kesan suasana yang membuat bulu kuduk merinding.

Wilayah makam Puyang Harimau Tukung ini juga terdapat beberapa makam lainnya yang juga sangat bersejarah. Seperti makam Puyang Ampat yang merupakan pengawal Puyang Harimau Tukung. Serta makam keluarga keturunan Harimau Tukung yang lain. “Zaman dulu Puyang Harimau Tukung punya peran besar terhadap terbentuknya Desa Kasah. Puyang Harimau Tukung menjadi tokoh di masa lalu yang menjaga desa ini. Sehingga makam ini jadi istimewa di mata masyarakat Desa Kasah,” kata benu.
Namun yang pasti menurut Ibnu, Puyang Harimau Tukung merupakan cikal bakal awal dari berdirinya Desa Kasah. “Tempat ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Puyang Harimau Tukung dan pengawalnya juga berperan dalam menjaga Desa Kasah dari serangan Belanda,” ungkapnya.

Dulunya, pemakaman Puyang Harimau Tukung ini, pernah dikelilingi tembok tinggi. Membentang dari jalan lintas desa hingga ke arah sungai. Diduga tembok tersebut dulunya juga berfungsi sebagai dinding pertahanan.
Di area makam juga banyak pohon pohon besar. Beberapa pohon tersebut ditaman oleh keluarga Puyang Harimau Tukung. Sehingga kesan rindang sejuk sangat terasa di tempat ini. Meskipun begitu, tidak banyak detail cerita tentang Puyang Harimau Tukung yang dapat disampaikan.

Namun, kisah tentang pu-yang dan harimau sumatera dalam mitologi masyarakat Sumatera Selatan sangat menarik dan penuh makna. Harimau sumatera dianggap sebagai penjaga ekosistem yang telah melindungi leluhur dan bentang alam dari kerusakan selama ribuan tahun. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, ekosistem yang dulunya terjaga kini mengalami kerusakan, mengancam keberadaan harimau sumatera itu sendiri.

Harapannya dapat memulihkan ekosistem yang rusak. Sembari mengingatkan pada amanah Raja Sriwijaya dalam Prasasti Talang Tuwo (684 M), yang menginginkan bentang alam yang harmonis untuk semua makhluk hidup. Bukan hanya tentang menjaga alam maupun harimau sumatera. Tetapi juga mengembalikan nilai-nilai adat yang telah menjaga kelestarian alam selama ratusan tahun. Aturan seperti “hutan larangan” dan “tempat keramat” membantu melindungi flora dan fauna di wilayah tersebut. (dik)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan