Kelentangan, Masih Eksis hingga Kini
MAINKAN: Marlina saat memainkan alat musik tradisional kelentangan. Baru-baru ini wanita kelahiran 1968 ini mendapat penghargaan kategori pelestari seni dari Pemkab Banyuasin. -foto: akda/sumeks-
BANYUASIN – Kabupaten Banyuasin memiliki alat musik tradisional Kelentangan. Alat musik tradisional kelentangan itu sendiri adalah alat musik tradisional yang terbuat dari kayu mahang yang telah dikupas kulitnya dan dibelah dua lalu dikeringkan beberapa hari.
Kayu mahang tersebut di-susun menjadi sepuluh baris di atas dua buah batang pisang dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan dua buah batang stik kayu. Pada awal ditemukannya tahun 1960-an, alat musik tradisional Kelentangan hanya ditabuh
saat orang-orang berkebun dan sedang beristirahat.
Namun, pada perkem-bangannya, alat musik tradisional kelentangan sudah mulai dimainkan pada acara kegiatan persiapan hajatan pernikahan di kampung-kampung. Terkadang juga ditampilkan dalam acara festival di Kabupaten Banyuasin, bahkan acara tingkat nasional.
Saat ini masih ada pemain alat musik tradisional kelentangan yaitu Marlina. Baru-baru ini, Marlina mendapatkan penghargaan dari pemkab Banyuasin Kategori Pelestari Seni.
Marlina adalah seorang pemain alat musik tradisional Banyuasin yaitu Kelentangan yang lahir pada tahun 1968 di desa Tanjung Beringin, kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin. Marlina mulai belajar memainkan kelentangan sejak tahun 1978 bersama pamannya yaitu Gede Mat Yasin.
Marlina secara konsisten masih terus aktif melestarikan memainkan alat musik Kelentangan sampai dengan sekarang, bahkan menjadi kebiasaannya untuk mengisi waktu luang di rumah. Marlina memperkenalkan alat musik Kelentangan melalui sajian penampilan saat menjadi pengisi acara. (qda)