https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Lepas Liar 78 Ekor Burung Penyebar Biji

PALEMBANG - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan melakukan penanaman pohon jenis asli dan pelepasliaran 78 ekor burung penyebar biji di kawasan Suaka Margasatwa (SM) Gunung Raya Kabupaten OKU Selatan. Kepala BKSDA Sumsel, Ujang Wisnu Barata mengatakan pelaksanaan kegiatan ini bertepatan dengan peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) dan dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-78.

"Kegiatannya sudah kita laksanakan Kamis lalu di kawasan SM Gunung Raya," ujar Ujang, Sabtu (12/8).
Ia mengatakan sebanyak 78 individu satwa burung yang dilepasliarkan berasal dari serahan masyarakat dan hasil penyitaan Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera dari penggagalan pengiriman burung oleh warga Lahat. “Sebelum dilepasliarkan, satwa-satwa tersebut telah diperiksa kesehatannya meliputi kondisi satwa, kesehatan fisik dan bebas dari penyakit, pemeriksaan sifat atau karakter liar satwa, serta memastikan satwa-satwa tersebut siap dan layak untuk dilepasliarkan ke habitat alaminya,” terang Ujang.

Ini sebagai upaya penyelamatan populasi satwa liar di habitatnya.

"Ada 12 jenis satwa burung yang dilepasliarkan, terdiri dari punai gading, tekukur biasa, jalak kebo," katanya.
Jenis lainnya perkutut, ciung air melayu, cabai bunga api, burung madu pengantin, cucak kuning, cucak kuricang, burung empuloh ragum, burung madu belukar, dan burung kacamata biasa. Dia menjelaskan, jika kawasan SM Gunung Raya di Kabupaten OKU Selatan merupakan kawasan konservasi dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini dikelilingi sekitar 30 desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan,  sehingga perlu peningkatan mutu interaksi sinergis antara sistem sosial ekonomi masyarakat sekitar dengan sistem ekologi kawasan SM Gunung Raya seluas 44.996,11 hektar ini.
"Dalam upaya meningkatkan mutu tersebut, kami bersama para pihak melakukan penanaman pohon jenis asli, meliputi merawan (Hopea odorata), pulai (Alstonia scholaris), petai (Parkia speciosa), dan durian (Durio zibethinus)," jelasnya.
Menurutnya, penanaman jenis asli berpengaruh pada kemampuan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, serta pada jangka panjang dapat memberikan keuntungan pada masyarakat sekitarnya. Dia pun mengapresiasi semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam konservasi hidupan liar. “Kami berharap satwa-satwa yang dilepasliarkan ini dapat bertahan hidup dan berkembang biak di habitat barunya,” imbuhnya. (nsw/fad)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan