Pacu Kualitas SDM Perguruan Tinggi

BOGOR - Perkembangan pendidikan tinggi Indonesia menjadi sorotan bagi Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Nizam, yang mengidentifikasi berbagai tantangan yang harus dihadapi pemerintah dalam mewujudkan sistem pendidikan tinggi yang unggul dan mampu bersaing di kancah global. Salah satu tantangan utama adalah terkait pendanaan pendidikan tinggi. Secara perbandingan, anggaran pendidikan tinggi Indonesia masih terbatas dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia. Begitu pula dalam hal pendanaan riset dan pengembangan, Nizam menyatakan bahwa berdasarkan data Bank Dunia tahun 2019, alokasi anggaran riset di Indonesia hanya sekitar 0,08% dari GDP. Mayoritas anggaran tersebut berasal dari pemerintah.

"Dalam upaya menjadi negara maju, ada dua kunci penting yang harus dipegang, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan ekonomi berbasis inovasi," ungkap Nizam.
Meskipun tantangan pendidikan tinggi sebagai garda terdepan dalam mewujudkan Indonesia maju sangatlah besar, Nizam menekankan pentingnya sikap optimis bagi pemerintah dalam menghadapinya. Ditjen Diktiristek telah menunjukkan komitmen serius dalam mendanai pendidikan tinggi meskipun anggaran terbatas. Mereka telah mengalokasikan anggaran untuk meningkatkan kualitas SDM di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. "Kami ingin menekankan bahwa sekarang tidak ada lagi pemisahan tegas antara PTN dan PTS. Meskipun anggaran operasional hanya diberikan kepada PTN, kami juga memberikan alokasi anggaran yang besar untuk PTS," tambahnya. "Sebanyak 45% dari anggaran pendidikan tinggi yang dikelola oleh Kementerian kami alokasikan untuk perguruan tinggi swasta, termasuk untuk penelitian, pelatihan dosen, dan program-program mahasiswa," sambung Nizam. Dia berfokus pada peningkatan kualitas lembaga perguruan tinggi. Dengan lebih dari 4 ribu perguruan tinggi di Indonesia, Nizam menekankan perlunya rasionalisasi dengan menggabungkan perguruan tinggi swasta kecil menjadi lembaga yang lebih besar dan berdaya saing.
"Pendekatan kami untuk memperluas akses pendidikan tinggi adalah dengan menggabungkan perguruan tinggi menjadi lebih besar dan berkualitas, bukan sekadar menambah jumlah perguruan tinggi," jelas Nizam.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Sri Gunani Partiwi, juga menambahkan bahwa Direktorat tersebut berupaya meningkatkan kualitas perguruan tinggi melalui fasilitasi akreditasi internasional. "Salah satu cara untuk memfasilitasi seluruh perguruan tinggi di Indonesia adalah memberikan dana kepada perguruan tinggi yang sudah terbukti unggul agar mereka dapat membantu perguruan tinggi lain yang akreditasinya belum begitu baik, dengan tujuan untuk mempercepat peningkatan kualitas program studi di Indonesia," jelas Sri. Sofwan Effendi, Direktur Sumber Daya Ditjen Diktirisek, juga berbicara tentang kebijakan untuk mengurangi beban kerja dosen. Mereka memberikan kebebasan bagi dosen untuk menjalankan tridarma perguruan tinggi sesuai dengan minatnya. "Ini akan memungkinkan para dosen untuk lebih fokus dalam menjalankan tridarma perguruan tinggi. Sekarang, perguruan tinggi memiliki fleksibilitas untuk menentukan fokusnya, apakah lebih berorientasi pada pengabdian atau pembelajaran. Semua tergantung pada minat dosen dan kebijakan universitas," jelas Sofwan. Dalam upaya mengurangi beban kerja dosen, Sofwan juga memaparkan inovasi pengelolaan teknis dan administratif melalui aplikasi SISTER berbasis cloud. Sistem ini memungkinkan integrasi informasi administratif dosen secara lebih efisien dan mulai diberlakukan mulai 1 Agustus mendatang. "Sistem cloud akan membantu mengurangi kepadatan server dan menyatukan sistem manajemen data dosen. Selaras data antara PDDIKTI dan perguruan tinggi akan dipastikan, sehingga hasilnya akan konsisten," pungkasnya. (Dod)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan