Good Father Politik, Kongres Fisip dan Tradisi Kritis

Good Father Politik, Kongres Fisip dan Tradisi Kritis Oleh: Muh. Haikal Haffafah (Ketua Panpel Kongres IKA FISIP Ke-VI) Perbincangkan soal kongres adalah hal menarik, bukan dalil kepentingan politik siapa yang diakomodir. Dalam beberapa organisasi menjelang kongres menjadi suasana kasak-kusuk, ada kandidat, ada kompetensi, semakin riuh kongres, semakin gencar mobilisasi. Cara berpikir tersebut digunakan dalam kongres organisasi besar seperti KNPI, HMI, HIPMI, atau terakhir kongres luar biasa PSSI, terpilihnya Erick Thohir dipandang sebagai upaya politis menjadikan PSSI sebagai mesin elektabilitas pada bursa pencapresan 2024. Kalkulusi sejalan dengan paradigma seberapa besar basis kepentingan dan resources yang akan diperoleh. Sebagaimana diagram, saat dibuat daftar urutan organisasi, kecendrungan publik memiliki persepsi sama. Semakin mengakar dan besar organisasi semakin diperebutkan, semakin besar positioning dan pengarunhya terhadap input kekuasaan semakin organisasi dilirik. BACA JUGA : Inilah Testimoni Gubernur Soal Sistem Belajar Mengajar di Fisip Unsri Jika organisasi memiliki pengurus diseluruh provinsi poinnya tambah satu, jika struktur pengurus tersusun masif diseluruh kabupaten dan kota poinnya tambah dua, jika pengurus diisi dengan banyak unsur pejabat poinnya tambah empat. Lalu, disupport dengan anggaran pemerintah poinnya langsung tujuh, bisa delapan atau langsung sembilan. Begitulah perbincangan organisasi dipandang semakin menarik, jika terdapat kepentingan dan banyak resouces terhimpun didalamnya. BACA JUGA : Info Ujian Mandiri: Inilah Rincian Lengkap Daya Tampung Semua Jurusan Unsri Bukit Palembang Hal tersebut mempengaruhi pola kerja dibeberapa organisasi terutama menjelang kongres dan perebutan kursi ketua umum.

Organisasi dan Tradisi Kritis

Sebagai wadah berserikat organisasi menjadi tempat berlangsungnya pikiran dan ide bersama, kongres menjadi ruang pasang surut kritik dan masukan. Lebih jauh sejarah kelompok kritis (pressure group, NGO dan organisasi kritis) pernah mewarnai dinamika tumbangnya Orde Baru. Perubahan dikenal dengan reformasi kehidupan politik, kebebasan diperoleh, ragam afiliasi dan berkembangnya organisasi-organisasi baru menjadi pelengkap menggambarkan seolah begitu sempurna demokratisasi yang telah dilalui. Dilain sisi, dinamika politik berkutat pada menang kalah, kajian publik hanya bicara angka survei, dari ilmuwan, professional, politisi, birokrat punya penilaian relatif sama, perhelatan politik dipandang sebatas kotak suara. Budaya politik dimaknai sebatas mobilisasi dukungan, satu potret menggambarkan tradisi kritis kita yang masih lemah.

FISIP LINTAS MAZHAB

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan