Ekspektasi Terlalu Tinggi
PSIKOLOG RS RK Charitas Palembang, Devi Delia MPsi, menilai ada faktor utama pemicu dari perceraian.
Salah satunya, harapan atau ekpektasi atas relasi dari pernikahan itu sendiri yang terlalu tinggi.
"Ekspektasinya tidak cuma satu faktor atau hanya satu aspek. Bisa jadi banyak,” katanya, kepada Sumatera Ekspres.
Sebut saja, ekspektasi terhadap finansial, kebahagiaan, kebutuhan emosional, keharmonisan dan lainnya.
Seseorang yang memiliki ekspektasi tinggi, akan alami kekecewaan saat ekspektasi itu tidak terwujud. Karena tak sesuai harapan awal, akhirnya memilih untuk bercerai.
"Selain itu penyebab perceraian karena kekerasan,” ungkap Devi.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak hanya secara fisik. Tapi juga emosional, verbal.
Bisa terjadi pada perempuan, juga laki-laki. “Biasanya ini juga menjadi salah satu pemicu perpisahan dalam pernikahan," beber Devi.
Karena sudah tahu pemicu utama terjadinya perceraian, maka sebaiknya dalam sebuah hubungan pernikahan melihat realita hidup.
"Kita harus melihat benar-benar, mengenali pasangan sebelum melangkah ke jenjang pernikahan,” imbuh dia.
Istilah kenal luar dan dalam. Dalam artian, benar-benar mengenal bagaimana pasangan di dalam rumah dan luar rumah tangga.
Kenali pasangan sebaik mungkin. Banyak yang terlihat baik di awal, ujungnya dapat perlakuan kasar, dianiaya. Berkata kasar bahkan bertindak kasar dengan fisik.
Devi mengatakan, jika benar-benar ingin mengenal seseorang, harus bisa memahami saat situasi mood-nya baik dan buruk.
Jika sewaktu-waktu suami lagi stres dengan pekerjaannya. Stres dengan keluarganya, stres dengan segala urusan yang sedang dihadapi.
“Yang namanya pernikahan, ‘kan tidak bisa memilih dalam situasi baik," tandasnya. (nni/air)