Basahi Gambut 6 Daerah

Sasaran per 10 Hektare 10 Hari

PALEMBANG - Musim kemarau sudah mulai melanda Tanah Air, termasuk di Provinsi Sumatera Selatan. Sebagai daerah yang sangat rentan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), berbagai upaya dilakukan sejak dini untuk mencegah bencana tersebut terjadi. Salah satunya Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) RI menggelar operasi pembasahan lahan gambut. Operasi berlangsung di enam kabupaten Provinsi Sumsel sebagai upaya mitigasi bencana kebakaran dampak cuaca panas hingga akhir tahun 2023. Ketua Tim Operasi Pembasahan Lahan Gambut, Eko Agus Sugianto, menjelaskan operasi pembasahan lahan gambut ini sebagai upaya membasahi kembali lahan gambut yang kering dan rawan terbakar serta mengendalikan kerusakan ekosistem gambut dari kejadian kebakaran sehingga tidak menyebabkan kerusakan yang lebih luas. Secara keseluruhan operasi pembasahan lahan gambut digelar berkelanjutan pada bulan Mei hingga akhir tahun nanti atau setidaknya sampai kondisi siaga darurat kebakaran hutan dan lahan dicabut. Ia menjelaskan pembasahan diprioritaskan untuk lahan gambut di enam kabupaten antara lain Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Muara Enim, dan Penukal Abab Lematang Ilir. “Pembasahan sudah kita lakukan sejak akhir Mei. Pertama sasarannya seluas 10 hektare lahan gambut yang masuk wilayah HPT di Pedamaran, OKI, dan menyebar ke daerah lainnya,” kata dia. Ia menuturkan, penyiraman menggunakan metode mengalirkan air melalui pompa hingga lahan gambut benar-benar dalam kondisi basah terendam.
Pembasahan gambut di masing-masing lokasi berlangsung 10 hari ke depan kemudian berlanjut ke lokasi lainnya sesuai peta perencanaan,” ucapnya.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan, Lahan (PPIKHL) Sumatera, Ferdian Krisnanto, mengatakan, kasus karhutla dikhawatirkan semakin meluas karena BMKG memprediksi tahun ini terjadi tingkat panas yang cukup tinggi. Bahkan diperkirakan, puncak kemarau terjadi pada Agustus 2023.
“Karenanya peningkatan upaya mitigasi di lapangan, selain penyiraman darat juga melalui penyiraman udara dan menerapkan teknologi modifikasi cuaca untuk meningkatkan potensi hujan,” pungkasnya.
Kabid Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPB) Provinsi Sumsel, Ansori, mengatakan, ada 13 daerah sudah menerapkan status darurat. Dengan status itu maka koordinasi di lapangan terkait munculknya titik panas bisa segera dipantau. Daerah yang sudah menetapkan status siaga darurat juga sudah menyiapkan peralatan dan personilnya.
“Kesiapan daerah insya Allah sudah maksimal untuk mencegah karhutla. Di Sumsel juga ada posko pemantau karhutla, sehingga saat terdeteksi titik panas, langsung disampaikan ke kabupaten/kota agar segera ditindaklanjuti,” pungkasnya.
Ia menjelaskan penetapan diperlukan karena jumlah titik panas di Sumsel mengalami kenaikan signifikan. Sejak Januari hingga 17 Mei tercatat ada 555 titik panas di Sumsel. (yun/fad)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan