Buru Valas, Potensi Cuan Tinggi
“Melemahnya rupiah ini seakan memberi peluang menjanjikan bagi investor untuk berburu valuta asing atau valas, dalam hal ini USD.” David E Sumual. Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA)
*Rupiah Melemah, USD Makin Perkasa
PALEMBANG - Salah satu kekhawatiran dampak resesi adalah tekanan terhadap rupiah. Saat rupiah melemah dan USD makin perkasa, pemegang instrumen investasi valas bakal diuntungkan. Tahun ini pun investasi dalam bentuk dolar Amerika Serikat diprediksi akan memberi peluang yang baik.
Langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed yang ancang-ancang menaikkan suku bunga hingga tahun ini menjadi pendorong potensi mata uang negeri Paman Sam itu melambung. Setidaknya hingga akhir 2023 sebesar 75 basis poin (bps), setelah menaikkan suku bunga 50 bps beberapa waktu yang lalu. “Melemahnya rupiah ini seakan memberi peluang menjanjikan bagi investor untuk berburu valuta asing atau valas, dalam hal ini USD,” ujar Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David E Sumual.
Di sisi lain, David menilai bahwa investasi valas di tengah agresifnya kebijakan The Fed dalam mengerek suku bunga tetap memiliki risiko tersendiri. Menurut dia, penguatan mata uang yang sangat cepat bisa menjadi bumerang untuk ekonomi AS. Barang-barang ekspornya akan menjadi mahal sehingga tidak kompetitif di pasar dan membuat industri di dalam negeri melemah. Baca juga : Warga Keluhkan Listrik Padam Tengah Malam, PLN Sebut Tak Ada Pemadaman Bergilir
“Jadi, ketika harga dolar AS sudah tinggi, bukan saat yang tepat untuk beli USD. Apalagi kalau untuk spekulasi. Jika tujuan beli dolar AS untuk rencana bisnis atau biaya sekolah dan sejenisnya, konsistensi membeli boleh dilanjutkan,” bebernya.
Sementara itu, perencana keuangan OneShildt Consulting Imelda Tarigan memberikan saran bahwa trader valas harus selalu paham analisis teknikal. Setelah itu, gunakan analisis yang sesuai dengan pola trading masing-masing. “Tidak ada resep ampuh untuk semua trader karena masing-masing punya strategi sendiri dan pilihan komoditas favorit,” ujarnya.
Langkah selanjutnya harus sesuai dengan tujuan investor. Jika sudah investasi valas cukup lama, dan ingin mengambil keuntungan sekarang, itu bisa jadi momen yang tepat. “Jadi, yang kemarin belinya masih di harga Rp14 ribuan, terus kemudian mau taking profit, silakan saja kalau mau dijual,” bebernya.
Bagi calon investor valas yang ingin investasi jangka panjang, dia memberikan saran untuk melakukan dollar cost averaging. “Jadi, secara berkala, kita melakukan top up di investasi tersebut, baik ketika lagi naik atau turun seperti sekarang. Kita beli saja terus reguler. Misal, sebulan sekali, ketika gajian atau dapat income. Sisihkan sekian persen untuk beli si valas ini. Jadi, kita nanti mendapatkan harga rata-rata di situ,” paparnya.
Imelda memberikan catatan, para calon investor valas berhati-hati di kondisi pasar saat ini. Sebab, bukan momen yang tepat untuk investor pemula mencicipi valas. “Sebaiknya trader pemula jangan ikutan dulu pada saat-saat sekarang karena market sedang sangat volatile. Tunggu market agak stabil, mungkin tahun depan, baru boleh belajar cari pengalaman,’’ tuturnya.
Bicara soal investasi valas, USD memang mata uang paling berpengaruh di dunia. Mata uang itu memiliki prospek karena digunakan dalam berbagai transaksi perdagangan secara global. Namun, selain USD, ada beberapa mata uang lain yang cukup menjanjikan untuk dijadikan instrumen investasi. Misalnya, euro (EUR). Posisi EUR menjadi semakin bagus setelah mata uang tersebut menjadi mata uang utama di daratan Benua Biru. Dengan luasnya cakupan negara penggunanya, euro menjadi salah satu mata uang terkuat di dunia selain dolar AS.
Selanjutnya ada pound sterling. Mata uang Inggris itu memiliki pamor yang tak kalah tinggi untuk dijadikan pilihan investasi valas. Pound sterling menjadikan rujukan nilai tukar bukan hanya di Inggris, melainkan juga di beberapa negara, sehingga memiliki kekuatan di perdagangan dunia.
Mata uang itu kerap menjadi incaran para investor, terutama yang memiliki modal besar, karena nilai tukarnya jauh di atas USD dan EUR. Pelemahan USD akan membawa posisi pound sterling naik. Jika pemerintah Inggris mampu menstabilkan ekonomi, bukan tidak mungkin penguatan bakal berjalan lebih lanjut. Di samping itu, mata uang yuan bersiap rebound atau berbalik menguat terhadap dolar USD di tahun ini. Terlepas dari tekanan penguatan USD, yuan pada 2023 diprediksi akan terapresiasi karena risiko dari kebijakan zero Covid pemerintah Tiongkok bakal berkurang. (fad)