https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Motif Bakal Dijadikan Warisan Budaya

Salah satu kain khas Sumsel adalah songket. Kain ini berasal dari Kota Palembang dan sering digunakan untuk acara formal. Namun, kini songket menjadi salah satu produk andalan Sumsel. Bahkan, akan dijadikan warisan budaya.

-----------------------------------------

Songket tak hanya berupa kain saja. Ada banyak makna dari songket tersebut. Memahami hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang ingin melestarikannya. Bahkan, diusulkan untuk menjadi salah satu warisan budaya Bumi Sriwijaya.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Agus Rizal melalui Kabid Sejarah dan Tradisi Dinas Kebudayaan, Ismail mengatakan, kain songket banyak dibuat di Indonesia. Tapi, khusus songket Palembang, ia punya kekhasan, yakni dari sisi motifnya.

"Kami dengar dari Provinsi akan mengusulkan motif songket Palembang jadi warisan budaya,"  katanya. Dia menyambut positif rencana ini. Terlebih untuk lebih mengenalkan motif songket Palembang.

Ismail menambahkan, motif songket Palembang memiliki kekhasan tersendiri yang tidak ada di daerah lain. Contohnya adalah motif lepus, jando beraes, motif bunga emas, bunga pakcik ataupun motif tretes.

Sebagai salah satu karya budaya yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2013 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kain songket memiliki keistimewaan, bila dibandingkan dengan kain tenun jenis lainnya. "Corak dan ragamnya yang berbeda, serta memiliki makna tersendiri,” kata Ismail. BACA JUGA : Songket Mendunia

Dia mengatakan, songket Palembang sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam.  Keberadaan songket sejak zaman kejayaan Sriwijaya ini bisa dilihat pada arca di kompleks percandian Tanah Abang, Kabupaten Muara Enim.

“Mudah-mudahan, motif songket khas Palembang ini segera bisa dijadikan sebagai warisan budaya,” katanya.

Untuk diketahui, Sejarawan serta budayawan Sumsel, Dr Erwan Suryanegara pernah menyebutkan jika kain songket itu awalnya semacam hadiah dari pedagang  China ketika masuk ke wilayah Kerajaan Sriwijaya.

“Jadi waktu itu sebagai cenderamata atau buah tangan. Istilah kasarnya ‘nyogok’.Tapi da cerita sudah sejak sebelum zaman Sriwijaya,” katanya.

Uniknya, kain yang masuk ke Kerajaan Sriwijaya tersebut mendorong lahirnya ide atau kreatifitas warga lokal. “Jadi muncul kreatifitas lokal jenius nusantara. Masyarakat  nusantara orang yang kreatif. Jadi teknik menenun kain itu mereka tiru orang Sriwijaya, khususnya Palembang,” beber Erwan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan