Kasus DBD Mulai Turun
*Memasuki Musim Kemarau, Januari-Mei 263 Kasus
PALEMBANG – Peralihan musim hujan ke musim kemarau memang ada plus minus-nya. Di satu sisi, bencana banjir atau longsor karena hujan ekstrem berkurang, tapi di sisi lain bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengintai. Demikian pula sebaran penyakit saat musim hujan cenderung lebih banyak untuk kasus demam berdarah dengue (DBD).
Ini mengingat saat musim hujan, biasanya banyak nyamuk yang berkeliaran lantaran suhu udara yang lembap membuatnya lebih mudah berkembang biak. Termasuk pula nyamuk
Aedes aegypti pembawa virus dengue pencetus penyakit demam berdarah. Di musim kemarau, kondisi cuaca yang lebih hangat membuat kasus DBD dan nyamuk yang berkembang biak pun ikut menurun.
Hal ini diakui oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Dinas Kesehatan Kota Palembang, Yudi Setiawan. “Berdasarkan perkiraan BMKG, musim kemarau mulai masuk di akhir April lalu, dan akan berlangsung hingga Oktober nanti. Jenis penyakit yang biasanya tinggi di musim hujan akan cenderung turun, salah satunya kasus DBD,” tegasnya.
Diakuinya, DBD merupakan jenis penyakit yang selalu tinggi pada saat musim hujan. "Makanya di musim kemarau, kasusnya cenderung menurun. Ini karena potensi untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk kecil," terangnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang, dari total jumlah kasus DBD periode Januari-2 Mei 2023, angka tertinggi kasus DBD terjadi pada minggu kedua Februari dengan jumlah 34 kasus.
Menurutnya, pada saat itu memang kondisi cuaca di Kota Palembang sedang berada pada musim hujan hingga April. Namun saat akhir April sudah masuk musim panas, tapi masih diselingi hujan. "Dari data kita, sepanjang rentang waktu Januari hingga 2 Mei 2023 terdapat 263 kasus DBD di Palembang. Sebaran angka tertinggi berada di Kecamatan Ilir Barat 1," jelasnya.
Sementara, dilihat dari data riwayat kasus DBD dari tahun ke tahun berdasarkan bulan, Januari-Maret selalu tertinggi, walaupun kasusnya cukup berfluktuasi. “Berdasarkan data yang kita punya, tahun 2019 angka kasus DBD mencapai 697 kasus dengan kejadian tertinggi pada Januari 151 kasus. Tahun 2020 kasus DBD 435, tertinggi di Februari dengan 121 kasus,” bebernya. Selanjutnya 2021 kasus DBD di Kota Palembang tercatat sebanyak 246, tertinggi November 39 kasus.
Sementara tahun 2022 kasus DBD melonjak dengan jumlah mencapai 908, tertinggi bulan Januari dengan 106 kasus. “Tahun ini hingga 2 Mei ada 263 kasus dan Januari tertinggi 70 kasus,” imbuhnya. Kepala Puskesmas Nagaswidak, Kiki menjelaskan saat ini atau sejak masuk musim kemarau, kasus DBD yang dilaporkan sudah mengalami penurunan. "Bahkan secara menyeluruh di bulan April kemarin cuma ada 2 kasus," bebernya.
Berikut ini ada beberapa cara pencegahan DBD, yakni 3M atau menguras, menutup, dan mengubur. Namun prinsip pencegahan DBD bukan cuma itu, cara paling utama memastikan tidak digigit nyamuk Aedes aegypti untuk menghindari penularan demam berdarah. Ini bisa dilakukan dengan menjaga lingkungan tetap bersih, juga menggunakan penangkal nyamuk agar tidak berkembang biak di rumah. (tin/fad/)