Populasi Gabus kian Menurun
*Tangkapan Belido Terakhir 2021
PALEMBANG - Populasi ikan Sungai Musi saat ini kian menurun jumlahnya, bahkan untuk jenis ikan gabus yang sejatinya dikonsumsi sehari- hari dan menjadi bahan baku pembuatan makanan khas Palembang juga diakui sulit ditangkap nelayan akhir-akhir ini. Wakil Wali Kota Palem-bang, Fitrianti Agustinda, mengatakan, populasi ikan di Sungai Musi jauh berkurang, ini berdasarkan laporan dari nelayan.
“Ikan gabus salah satunya yang susah ditangkap (hasilnya sedikit, red). Bahkan untuk pemenuhan kebutuhan ikan gabus di Kota Palembang banyak disuplai dari luar kota Palembang,” ujar Fitri, kemarin (11/5). Bahkan bukan hanya ikan gabus, ikan yang biasa mendiami Sungai Musi juga sudah ada yang dilarang konsumsi dan sulit ditemukan. “Ikan belido, itu selain sekarang sulit ditemukan juga tidak boleh lagi dikonsumsi,” ujarnya.
Makanya untuk menjaga ekosistem ikan di perairan Sungai Musi, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang konsisten melakukan penaburan benih ikan. “Saya minta ini dilakukan rutin sebulan sekali agar ekosistem kita terjaga hingga bisa dinikmati anak cucu kita,” jelasnya. Dia sendiri juga sering melakukan penaburan benih ikan seperti jenis patin kemarin, ada 2 ribu bibit disebar dari Dermaga Benteng Kuto Besak (BKB) sampai Dermaga Riverside.
Kabid Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikan-an Provinsi Sumsel, Ade Ranti Fatia menjelaskan belido tergolong ikan air tawar yang habitatnya di perairan umum seperti sungai, rawa, danau.
“Terakhir produksi ikan belido tahun 2021 atau sebelum pelarangan penangkapan sebanyak 304.395 kg. Itu pun tinggal jenis chitala lopis yang ukurannya kecil,” ujarnya. Di tahun 2003 produksi hasil tangkapan ikan belido oleh nelayan di perairan umum Provinsi Sumsel masih sekitar 50,2 ton, kemudian 2007 turun menjadi 7,6 ton dan 2018 tinggal 1 ton. Chitala lopis itu mungkin yang biasa disebut masyarakat ikan putak.
“Selain di Sungai Musi, juga biasa ditemukan di perairan OKI, Banyuasin, dan Muba,” imbuhnya. Sementara belido atau chitala hypselonotus ukurannya besar, panjang indukannya mencapai 80 cm dengan berat 3-4 kg. “Putak dan belido satu famili (genus), tetapi beda spesies. Ikan putak spesiesnya notopterus, sementara belido chitala,” ujarnya.
de tak menampik, penangkapan masif kala itu yang buat populasi ikan belido hampir punah dan ekosistemnya terganggu. Seperti mengunakan putas, setrum, bom untuk keuntungan (bisnis) semata, tanpa adanya upaya pelestarian atau budidaya. “Di Sumsel sudah langka, makanya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan perlindungan penuh terhadap belido. Nelayan pun dilarang menangkat atau menjualnya. Pelaku usaha juga diminta tidak menggunakan belido sebagai bahan baku makanan,” ujarnya. Tujuan KKP supaya ikan ini tetap lestari. Tapi, mungkin berbeda jika ikan belido bisa dibudidayakan.
“Ditangkap memang dilarang, tapi ikan ini boleh dibudidayakan. Kalau berhasil dan berkembangbiak, Pemerintah bisa saja melonggarkan aturan kelangkaan,” lanjut Ade. Persoalannya membudidayakan belido sangat susah. “Domestikasinya tidak mudah, karena termasuk ikan karnivora yang memakan ikan kecil,” imbuhnya. (tin/fad)