Gaya Hidup Paylater, Antara Solusi Cepat dan Jerat Utang bagi Anak Muda Bergaji UMR
Fenomena paylater menawarkan kemudahan transaksi bagi anak muda, namun tanpa pengelolaan yang bijak, layanan ini bisa berubah menjadi jerat utang yang menekan finansial generasi muda bergaji UMR. Foto:Ilustrasi--
Sayangnya, masih banyak anak muda yang belum memahami pentingnya menjaga skor kredit.
4. Gaya Hidup Konsumtif
Kemudahan bertransaksi tanpa mengeluarkan uang tunai membuat pengguna terlena. Mereka merasa seolah “tidak mengeluarkan uang” saat berbelanja, padahal tagihan tetap menunggu di belakang.
Akibatnya, perilaku konsumtif semakin meningkat, sering kali di luar kemampuan finansial yang sebenarnya.
BACA JUGA:Lawan Algoritma Candu PayLater! Begini Cara ‘Meretas’ Jebakan Psikologis agar Dompet Tak Lagi Bocor
BACA JUGA:Jerat Psikologis PayLater, Algoritma yang Menggiring Anda Berutang, Bahkan untuk Hal Sepele
Mengapa Anak Muda Mudah Terjebak?
1. Akses Terlalu Mudah
Fitur paylater kini tersedia di hampir semua platform e-commerce dan dompet digital. Hanya butuh beberapa klik, seseorang sudah bisa berutang tanpa jaminan.
Proses yang instan ini sering kali membuat pengguna tidak berpikir panjang sebelum menggunakan layanan tersebut.
2. Godaan Promosi dan Diskon
Penawaran seperti cicilan 0% atau potongan harga eksklusif untuk pengguna baru menjadi strategi pemasaran yang sulit ditolak.
Bagi anak muda yang masih belajar mengelola keuangan, promosi ini sering kali mengaburkan batas antara kebutuhan dan keinginan.
BACA JUGA:PayLater, Kemudahan yang Menipu? Waspadai Skimming Data dan Psikologi Konsumtif di Baliknya
3. Minimnya Edukasi Finansial
Kurangnya pengetahuan tentang literasi keuangan menjadi akar dari banyak kasus overlimit paylater.
Banyak anak muda tidak memahami konsep bunga, jatuh tempo, dan risiko keterlambatan pembayaran, sehingga terjebak dalam siklus utang tanpa sadar.
Antara Solusi dan Jerat Baru
Tidak bisa dipungkiri, paylater bisa menjadi solusi praktis jika digunakan secara bijak.
