Jerat Psikologis PayLater, Algoritma yang Menggiring Anda Berutang, Bahkan untuk Hal Sepele
Di balik kemudahan PayLater, tersembunyi jebakan algoritma yang menyasar kelemahan psikologis Anda. Utang kecil, efek besar. Foto:Ist--
SUMATERAEKSPRES.ID – Di era digital saat ini, fitur PayLater makin populer digunakan masyarakat, terutama generasi muda yang terbiasa dengan transaksi cepat dan praktis.
Namun, di balik kemudahannya, tersimpan bahaya laten yang tak kasat mata: eksploitasi psikologis oleh sistem algoritma, yang secara perlahan namun pasti menjerumuskan pengguna ke dalam siklus utang, bahkan untuk pembelian yang tidak mendesak.
Fitur beli sekarang, bayar nanti yang terkesan menguntungkan itu ternyata menyasar kelemahan dasar manusia—emosi, kebiasaan, hingga dorongan sosial.
Sebuah strategi yang sengaja dirancang untuk menciptakan ilusi kemudahan, padahal diam-diam memperbesar potensi ketergantungan finansial.
BACA JUGA:Warga Griya Damai Kenten Kesulitan Air Bersih Selama Puluhan Tahun
BACA JUGA:HT dan Roya Elektronik Jadi Layanan Favorit Publik, Ini Alur dan Biaya yang Perlu Diketahui Debitur
Konsumerisme Modern: Beli Dulu, Pikir Belakangan
Kecenderungan untuk membeli barang-barang baru demi mengikuti tren, meskipun tidak benar-benar dibutuhkan, menjadi pintu masuk utama bagi jebakan utang.
Perilaku konsumtif ini diperkuat oleh keberadaan PayLater yang menunda rasa “kehilangan uang” saat transaksi dilakukan. Semakin sering digunakan, semakin kuat pengaruh psikologisnya.
Standar Hidup Semu
Tekanan sosial untuk tampil sesuai gaya hidup ideal—mobil mewah, gadget terbaru, hingga hangout di kafe kekinian—mendorong banyak orang untuk hidup di atas kemampuan.
Bagi sebagian besar pengguna, PayLater bukan solusi finansial, melainkan sarana untuk mempertahankan ilusi status sosial.
BACA JUGA:Polres Musi Rawas Bagikan 1.000 Bendera Merah Putih Sambut HUT RI ke-80
BACA JUGA:Kobaran Api Lahap Lokasi Eks Penyulingan Minyak Ilegal di Muba, Asap Tebal Gegerkan Warga
Lemahnya Kontrol Diri
Faktor minimnya pengendalian diri juga turut berperan besar. Ketidakmampuan menunda kepuasan—ingin langsung memiliki sesuatu tanpa menabung terlebih dahulu—membuat keputusan finansial yang impulsif menjadi kebiasaan.
Inilah celah yang dimanfaatkan algoritma aplikasi PayLater, yang secara cermat memicu pembelian dadakan lewat notifikasi diskon dan penawaran terbatas.
